Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Massa demo di gedung DPR RI berhasil menjebol pagar gedung saat berunjuk rasa. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Penggunaan gas air mata di masyarakat belakangan ini menjadi perhatian, saat polisi merespons demonstrasi. Terbaru, polisi menembakkan gas air mata saat polisi mengawal demonstrasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang terjadi di berbagai daerah.

Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, hingga Februari 2024, Polri telah menghabiskan anggaran sekitar Rp188,9 miliar untuk membeli gas air mata. Dari unggahan ICW di Instagram, dijelaskan anggaran itu ditemukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) milik Polri yang bisa diakses publik.

ICW mendapati adanya lima kali belanja gas air mata, dan perlengkapannya dalam rentang waktu Desember 2023 hingga Februari 2024.

"Total pajak warga yang digunakan oleh Polri untuk membelanjakan gas air mata senilai Rp188,9 miliar, dan tersebar di dua satuan kerja, yakni Korp Brimob Polri Korp Sabhara Baharkam Polri," ujar dia.

1. Ada tiga persoalan terhadap pembelian gas air mata oleh Polri

Polisi Tembak Gas Air Mata ke Massa Demo di Depan DPR, 3 Orang Ditangkap (IDN Times/Irfan Fathurohman)

ICW mencatat ada tiga persoalan terhadap pembelian gas air mata oleh Polri selama ini. Pertama, pembangkangan Polri atas kewajiban membuka informasi pengadaan, terutama kontrak pengadaan.

"Sejak Agustus 2023 lalu, ICW bersama KontraS dan Trend Asia menuntut Polri membuka kontrak pembelian gas air mata dengan mengajukan permohonan informasi. Namun, Polri menolak membuka informasi tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya informasi yang ditutupi oleh Polri," kata ICW.

ICW menjelaskan, tertutupnya informasi pengadaan yang telah ditegaskan dalam Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 1 Tahun 2021, tentang Standar Layanan Informasi Publik (SLIP) patut dilihat sebagai indikasi awal adanya pengadaan yang bermasalah, bahkan dapat mengarah pada potensi korupsi.

2. Padahal sudah ajukan sengketa informasi ke KIP

Editorial Team

Tonton lebih seru di