Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pj Ketua PKK Jateng Shinta Sudjana saat memberikan tetesan imunisasi polio kedua kepada siswa di Pemalang. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Pj Ketua PKK Jateng Shinta Sudjana saat memberikan tetesan imunisasi polio kedua kepada siswa di Pemalang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan diberikan kepada anak-anak selama respons KLB sejak 2022.

  • Indonesia melakukan respon melalui dua putaran imunisasi menggunakan vaksin novel OPV-2 (nOPV2) mulai akhir tahun 2022 hingga triwulan ketiga 2024.

  • KLB polio di Indonesia dimulai pada Oktober 2022 setelah kasus pertama muncul di Aceh.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Indonesia resmi mengakhiri status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2 setelah hampir tiga tahun penanganan intensif. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan KLB ditutup pada 19 November 2025, setelah tidak ditemukan lagi virus polio pada anak maupun lingkungan sejak Juni 2024.

“Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh anggota masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan. Kita harus terus bekerja sama agar polio tidak kembali dengan memastikan semua anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Jumat (21/11/2025), dilansir Kemenkes.go.id.

1. Penyebaran polio berhasil dihentikan

ilustrasi imunisasi polio (dok. Kemenkes)

Hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan diberikan kepada anak-anak selama respons KLB sejak 2022. KLB polio dimulai pada Oktober 2022 setelah kasus pertama muncul di Aceh.

Dalam dua tahun selanjutnya, penyebaran juga tercatat di sejumlah provinsi seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, hingga Papua Selatan. Kasus cVDPV2 terakhir dilaporkan di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.

Direktur Regional WHO untuk Kawasan Pasifik Barat, Dr. Saia Ma'u Piukala, menilai keberhasilan Indonesia menjadi langkah besar menuju dunia bebas polio, dan memperkuat kemampuan wilayah Pasifik Barat mempertahankan status bebas polio yang sudah diraih selama 25 tahun.

"Saya mendorong seluruh 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat untuk tetap waspada. Suatu hari nanti, polio hanya tinggal sejarah. Sampai saat itu tiba, kita harus melanjutkan imunisasi," ucapnya.

2. Penguatan imunisasi dan percepatan perlindungan anak

ilustrasi imunisasi polio (dok. Kemenkes)

Indonesia melakukan respon melalui dua putaran imunisasi menggunakan vaksin novel OPV-2 (nOPV2) mulai akhir 2022 hingga triwulan ketiga 2024. Cakupan dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV) meningkat dari 63 persen (1,9 juta anak) pada 2023 menjadi 73 persen (3,2 juta anak) pada 2024.

Untuk mempercepat perlindungan, pemerintah meluncurkan vaksin heksavalen yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus, yakni polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat infeksi Haemophilus influenza tipe b.

Program ini dimulai Oktober 2025 di provinsi DIY, NTB, Bali, serta enam provinsi di Tanah Papua, dengan pelaksanaan secara nasional direncanakan pada tahun mendatang. 

3. WHO nilai Indonesia penuhi kriteria akhir KLB

Bendera Badan Kesehatan Dunia atau WHO (who.int)

Penanganan KLB dinilai melalui serangkaian Outbreak Response Assessment (OBRA) pada 2023–2025. Hasil penilaian menunjukkan Indonesia memenuhi seluruh kriteria penghentian KLB, dan mampu menunjukkan tidak adanya kasus baru. Sehingga status KLB Polio dapat ditutup.

Keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan mitra internasional seperti WHO, UNICEF, United Nations Development Programme (UNDP), Clinton Health Access Initiative (CHAI), dan Rotary International.

Perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman, menyebut keberhasilan ini membuktikan hasil nyata ketika masyarakat, tenaga kesehatan, dan para mitra bekerja bersama.

"Kita harus terus menjaga momentum agar setiap anak mendapatkan imunisasi yang mereka butuhkan untuk tumbuh sehat dan bebas dari polio serta penyakit lainnya yang dapat dicegah dengan imunisasi,” ungkapnya.

Dengan berakhirnya KLB Polio, Kementerian Kesehatan menegaskan komitmennya menjaga Indonesia tetap bebas polio melalui penguatan imunisasi, peningkatan surveilans, kerja sama lintas sektor, serta dukungan masyarakat.

Editorial Team