WHO: Wabah Polio Merebak di Papua Nugini

- WHO menyerukan pelaksanaan vaksinasi segera di Papua Nugini untuk mengatasi wabah polio yang telah terdeteksi.
- Virus polio Tipe 2 ditemukan dalam sampel lingkungan di ibu kota Port Moresby, dan cakupan imunisasi di negara tersebut masih di bawah 50 persen.
- Papua Nugini berjanji akan mewujudkan cakupan imunisasi polio sebesar 100 persen di seluruh negeri sebelum akhir tahun ini, dengan dukungan dari WHO, UNICEF, dan pemerintah Australia.
Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan terjadinya wabah polio di Papua Nugini dan menyerukan pelaksanaan vaksinasi segera. Pihaknya memperingatkan bahwa penyakit tersebut berisiko menyebar ke negara-negara lain.
Dilansir dari ABC, virus polio terdeteksi dalam sampel tinja dari dua anak sehat di kota Lae. Selain itu, virus polio Tipe 2 juga ditemukan dalam sampel lingkungan di ibu kota, Port Moresby.
“Kita harus melakukan upaya maksimal untuk mendapatkan cakupan (vaksinasi) 100 persen. Polio tidak mengenal batas negara,” kata Sevil Huseynova, perwakilan WHO di Papua Nugini, dalam konferensi pers Kamis (15/5/2025).
1. Cakupan imunisasi di Papua Nugini masih kurang dari 50 persen
Huseynova mengungkapkan bahwa wabah ini merupakan ancaman serius bagi anak-anak di Papua Nugini, mengingat cakupan imunisasi di negara tersebut masih di bawah 50 persen.
“Di komunitas dengan tingkat imunisasi polio yang rendah, virus ini dengan cepat menyebar dari satu orang ke orang lain,” jelasnya.
Virus polio menyebar melalui kontak dengan kotoran atau air liur dari orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Sebagian besar orang yang terinfeksi polio tidak menunjukkan gejala apa pun. Jika ada, gejalanya biasanya menyerupai flu.
Dalam kasus yang jarang terjadi, virus ini dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan permanen pada satu dari setiap 200 orang yang terinfeksi.
2. Terdapat kesenjangan dalam cakupan vaksinasi di seluruh negeri
Papua Nugini dinyatakan bebas polio sejak 2000. Namun, wabah tersebut kembali muncul dalam skala kecil pada 2018 dan berhasil dikendalikan pada tahun yang sama. Menurut WHO, virus yang terdeteksi baru-baru ini memiliki keterkaitan genetik dengan strain yang beredar di Indonesia.
Huseynova mengatakan bahwa virus ini berisiko menular ke negara-negara lain karena penyebarannya yang sangat cepat.
“Polio di mana pun merupakan ancaman bagi semua orang, terutama bagi anak-anak kita. Polio di Papua Nugini dapat menyebar ke negara-negara tetangga dan ke seluruh dunia,” tambahnya.
Dilansir dari BBC, perwakilan badan anak-anak PBB (UNICEF) untuk Papua Nugini, Veera Mendonca, mengungkapkan adanya kesenjangan dalam cakupan vaksinasi di negara tersebut. Beberapa distrik bahkan hanya memiliki tingkat vaksinasi sebesar 8 persen.
“Itu tidak bisa diterima,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa UNICEF bekerja sama dengan gereja dan tokoh masyarakat untuk mendorong vaksinasi dan meluruskan informasi keliru yang beredar.
3. Pemerintah pastikan semua anak mendapatkan imunisasi polio
Sementara itu, Menteri Kesehatan Papua Nugini, Elias Kapavore, berjanji akan mewujudkan cakupan imunisasi polio sebesar 100 persen di seluruh negeri sebelum akhir tahun ini.
“Tidak ada alasan. Polio adalah penyakit yang serius,” ujarnya.
Program imunisasi massal yang kini sedang berjalan menargetkan sekitar 3,5 juta anak, yang berusia 0-10 tahun. WHO, UNICEF dan pemerintah Australia memberikan dukungan kepada Papua Nugini dalam menangani wabah ini.
"Australia bangga menjadi mitra pilihan Papua Nugini dan kami akan terus bekerja sama dengan negara tersebut untuk mendukung kesehatan dan pembangunan masyarakatnya, serta memastikan kawasan yang sehat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia dalam sebuah pernyataan.