Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bencana tanah longsor di sekitar makam raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul beberapa waktu lalu. IDN Times/Daruwaskita
Bencana tanah longsor di sekitar makam raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul beberapa waktu lalu. IDN Times/Daruwaskita

Bantul, IDN Times - Bencana tanah longsor menerjang Dusun Panjimatan, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Akibat kejadian tersebut, satu orang meninggal dunia dan satu lainnya dinyatakan selamat, serta dua masih dalam proses pencarian.

Longsor dipicu adanya hujan ekstrem dan kawasan perbukitan timur Bantul memang rawan terjadinya longsor.

1. Longsor disebabkan adanya hujan ekstrem

IDN Times/Daruwaskita

Kepala Badan Meteorlogi, Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan penyebab longsor di Dusun Panjimatan karena lereng di dusun tersebut rentan, berdasarkan susunan bebatuan dan kemiringan lerengnya. Lereng tersebut dalam kondisi rapuh dan berpotensi longsor.

"Untuk detik ini tidak masalah, hanya berbakat untuk longsor. Kapan pertanyaannya kapan terjadi longsor? Menunggu pemicu, yaitu curah hujan yang ekstrem dan gempa bumi. Sehingga kapan longsor nya? Tinggal nunggu adanya hujan ekstrem dan ada gempa atau getaran lainnya," ujar peneliti senior itu di Bantul, Yogyakarta, Senin (18/3).

2. Perlu peringatan dini warga meninggalkan daerah berpotensi longsor‎

IDN Times/Daruwaskita

Menurut Dwikorita kunci peringatan dini adalah memberitahukan tiga hari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya akan terjadi hujan ekstrem, sehingga semestinya daerah rawan longsor penduduknya diamankan.

"Penduduk segera menjauh, karena sebenarnya tinggal terjadi longsor dan tinggal mendorong pemicu nya yang belum ada. Jadi itu sistem pengurangan bencana seperti ini," ujar dia.

3. Kawasan perbukitan timur Bantul rawan terjadinya longsor‎

IDN Times/Daruwaskita

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengatakan daerah rawan terjadi longsor adalah daerah yang berada di bawah lereng yang terjal, namun baru menunggu ada pemicunya.

Masyarakat yang tahu akan longsor maka bisa diperkuat dengan tanaman vegetasi yang akan menguatkan tanah dan tebing, serta mengatur saluran drainase agar air yang ada saat hujan langsung terkuras dari lereng yang rawan longsor.

"Jadi ciri nya yang rawan longsor adalah lereng-lereng seperti yang ada di Dusun Panjimatan, Imogiri, daerah Piyungan hingga Pundong, karena daerah memang perbukitan yang memanjang dari Piyungan menyambung sampai Parangtritis," kata Dwikorita.

Perbukitan tersebut, kata dia, sangat rawan karena kemirangannya curam, dan terpotong-potong retakan batuan. Apalagi, sering digoyang gempa, sehingga ikatan partikel merenggang dan disapu air hujan dan mendorong untuk bergerak.

"Sehingga warga harus waspada saat hujan segera meninggal lereng seperti yang ada di Dusun Panjimatan," kata dia.

4. Badai Savannah menjauh, namun berpotensi hujan ekstrem

IDN Times/Daruwaskita

Sementara, ‎Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan potensi hujan ekstrem beberapa hari ke depan masih berpotensi terjadi, namun dengan badai Savannah yang sudah menjauh mengindikasikan hujan ekstrem akan mulai berkurang dan melemah.

"Yang perlu diwaspadai adalah daerah selatan Jateng yang bagian tengah, termasuk DIY, khususnya Imogiri yang masih berpotensi curah hujan yang tinggi," kata dia.

Reni mengatakan cuaca ekstrem yang melanda Yogyakarta juga dipengaruhi suhu permukaan laut di wilayah Jawa Tengah masih hangat, sehingga memunculkan tekanan rendah di sekitar laut selatan.

"Nah, itu juga bisa memicu hujan ekstrem. Apalagi Maret dan April masih bisa terjadi karena masuk masa transisi musim," tutur dia.‎

Editorial Team