Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1000583640.jpg
Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.IK., S.H., M.H., dalam Kegiatan Pelatihan Tiga Pilar dalam Rangka Antisipasi Potensi Radikal Terorisme. (dok. BNPT)

Intinya sih...

  • Jakarta perlu miliki kewaspadaan tinggi sebagai barometer nasional stabilitas keamanan negara.

  • Tiga aspek fokus kewaspadaan dan deteksi dini: deteksi pemahaman, sikap, dan tindakan terhadap ideologi kekerasan.

  • Memperkuat sinergi tiga pilar Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan Lurah/Kepala Desa dalam mengantisipasi potensi penyebaran ideologi kekerasan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan bahwa peningkatan kewaspadaan dan deteksi dini di wilayah Jakarta dan sekitar haruslah optimal. Hal ini krusial mengingat Jakarta memiliki posisi strategis sebagai barometer nasional stabilitas keamanan negara.

"Jakarta sebagai kota metropolitan dan barometer bagi daerah-daerah lain, oleh karena itu kewaspadaan dan deteksi dini harus lebih dari daerah lainnya karena ketika terjadi aksi di Jakarta akan berdampak luas ke seluruh Indonesia," ujar Direktur Pembinaan Kemampuan Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.IK., S.H., M.H., dalam Kegiatan Pelatihan Tiga Pilar dalam Rangka Antisipasi Potensi Radikal Terorisme yang berlangsung 3 hari sejak (21/10), di Jakarta.

1. Jakarta perlu miliki kewaspadaan tinggi

Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.IK., S.H., M.H., dalam Kegiatan Pelatihan Tiga Pilar dalam Rangka Antisipasi Potensi Radikal Terorisme. (dok. BNPT)

Menurut Brigjen Wawan Ridwan, penguatan peran Tiga Pilar ini selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas aparatur.

"Jakarta harus memiliki kewaspadaan yang tinggi. Untuk itu, perlu peningkatan kapasitas Tiga Pilar dalam mencegah penyebaran ideologi kekerasan, sebagai garda terdepan, sehingga kesempatan jaringan menyebarkan ideologi kekerasan semakin sempit bahkan tidak ada," tegasnya.

2. Tiga aspek fokus kewaspadaan dan deteksi dini

Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.IK., S.H., M.H., dalam Kegiatan Pelatihan Tiga Pilar dalam Rangka Antisipasi Potensi Radikal Terorisme. (dok. BNPT)

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pusat Kajian Moderasi Beragama Dr. Sholehuddin, M.Pd., menjelaskan 3 aspek fokus kewaspadaan dan deteksi dini tiga pilar yang bisa dilakukan di wilayah masing-masing. 

"Fokus kewaspadaan dan deteksi dini dimulai dari deteksi pemahaman, lihat apakah pemahaman keagamaannya menyerukan penolakan terhadap ideologi dan sistem pemerintahan NKRI. Kedua, deteksi sikapnya apakah sikap anti terhadap pemerintahan, anti perbedaan, atau anti budaya lokal. Ketiga, deteksi tindakannya apakah pernah melakukan provokasi dengan motif penolakan ideologi," jelasnya.

3. Memperkuat sinergi tiga pilar

Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.IK., S.H., M.H., dalam Kegiatan Pelatihan Tiga Pilar dalam Rangka Antisipasi Potensi Radikal Terorisme. (dok. BNPT)

Menyambut pelatihan tersebut, salah satu perwakilan peserta, Adeyasya Aziza, S.STP., Lurah Bojong Sari Baru, Kota Depok, berharap kegiatan ini memperkuat sinergi tiga pilar.

"Kami berharap seusai kegiatan, sinergi Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan Lurah/Kepala Desa bisa lebih kuat, dan bersama-sama mengantisipasi serta menghentikan potensi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ideologi kekerasan di wilayah kami," pungkasnya.

Kegiatan pelatihan ini bertujuan menguatkan peran Tiga Pilar Kewilayahan yaitu Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan Lurah/Kepala Desa dalam rangka antisipasi potensi penyebaran ideologi kekerasan. (WEB)

Editorial Team