Jakarta, IDN Times - Raden Roro (Rr) Soekirah adalah ibu dari Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Soekirah lahir di daerah Argomulyo, Yogyakarta, pada 1903 dari pasangan Sukiman dan Suminem.
Tempat Soekirah tinggal dikenal sebagai desa agraris. Usia belianya dihabiskan di sawah, membantu tetangga dan orang tuanya menanam padi. Soekirah sangat senang bila musim panen tiba, karena area bermainnya akan semakin luas. Ketika musim kemarau, dia bersama teman-temannya sering menghabiskan waktu di bawah pepohonan atau mandi di kolam alam. Soekirah kecil dikenal sebagai gadis yang ceria dan tangkas.
Menginjak remaja, sang ibu mempersiapkan Soekirah agar menjadi istri yang baik. Dia mulai dibebankan sejumlah tanggung jawab serta diwajibkan untuk bisa memasak. Tumbuh dengan nilai agama serta norma Jawa, Soekirah berubah menjadi kembang desa yang tidak pernah memandang orang berdasarkan strata sosialnya, meski dia tumbuh di lingkungan yang feodal.
Sikap egaliter Soekirah terbukti ketika dia menikahi Kertoredjo, seorang duda dua anak, saat berusia 16 tahun. Akan tetapi, sejak itulah hidupnya berubah. Romansa pernikahan yang didambakan oleh kebanyakan orang tidak ia rasakan. Soekirah bahkan sempat “menghilang” selama tiga hari karena tidak kuat menahan tekanan psikis yang menerpanya.
Namun di balik beratnya hidup, rupanya Tuhan mengaruniakan Soekirah seorang anak laki-laki yang kelak menjadi presiden terlama dalam sejarah Indonesia, yang juga dijuluki Bapak Pembangunan.
Lantas, apa sih yang sebenarnya terjadi? Gimana pahit-manis hidup Soekirah?