Jakarta, IDN Times - Pakar hukum tata negara dari STH Indonesia Jentera, Bivitri Susanti, nilai pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo di HUT ke-8 Perindo, sudah tak etis. Sebab, Jokowi menyampaikan dukungan secara terbuka bagi Prabowo Subianto untuk pemilu 2024. Bagi Bivitri, pernyataan yang disampaikan oleh Jokowi tak bisa dianggap sekedar basa-basi.
"Kalau menurut saya, Presiden Jokowi sudah melanggar etis. Memang batasnya tipis, tapi sudah dilanggar (etika). Seharusnya, dia gak ngomong apapun terkait pencapresan. Basa-basi yang lain aja lah. Soal baju kek, peci kek," ungkap Bivitri ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Selasa, (8/11/2022).
Ia menjelaskan yang disampaikan oleh Jokowi pada Senin kemarin sudah merupakan bentuk dukungan. Sebab, pada pemilu 2019 lalu, Prabowo adalah rival politik mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Meskipun akhirnya, ia bersedia merapat ke kubu pemerintahan.
"Itu sih sudah endorsement, bukan basa-basi lagi. Ini yang gak fair. Lagipula pernyataan itu disampaikan oleh penyelenggara negara yang seharusnya menempatkan etik di posisi tinggi. Selain itu, kalimatnya bisa diartikan sebuah kebijakan," tutur dia.
Dari pernyataan Jokowi itu, Bivitri menilai seolah-olah Indonesia bukan negara demokratis di mana pemilihan pemimpin harus melalui pemilu. Pemimpin justru dipilih bergantian sesuai dengan giliran dan berasal dari sirkel pergaulan yang sama.
"Rakyat kan saat pemilu nanti hanya disodori saja (capres). Itu pun sekarang seolah-olah dipertontonkan capres ganti-gantian di antara mereka saja. Ini yang sangat buruk bagi demokrasi kita," ujarnya lagi.
Apakah di dalam aturan atau undang-undang seharusnya Presiden dilarang memberikan dukungan bagi capres selanjutnya?