Banda Aceh, IDN Times - Tak begitu banyak air mengisi tiga bak berukuran 2x3 meter di dalam rumah toko satu lantai di kawasan Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Aceh itu.
Di antara itu, hanya satu bak yang tampak berisi udang jenis lobster. Itu pun tak bagitu banyak, hanya tiga ekor.
Di ruangan seluas 4x5 meter itu, tampak seorang pria paruh baya duduk di sudut. Di hadapannya, ada sebuah meja berbalut kain hijau yang di atasnya terdapat beberapa buku dan sebuah kalkulator. Sesekali ia menarik rokok yang telah dibakarnya, kemudian meletakkannya kembali ke asbak. Pria itu bernama Amirullah, seorang pebisnis sekaligus penampung lobster.
Tiga bak terbuat dari beton yang ada di dalam rumah toko tadi, ia gunakan untuk menampung lobster dari para nelayan. Lobster yang ia terima selanjutnya dikirim ke sebuah perusahaan besar yang ada di Jakarta. Kemudian, udang-udang yang biasa hidup pada terumbu karang di laut tersebut diekspor ke berbagai negara, termasuk Tiongkok.
Sebulan belakangan, bisnis pengiriman lobster yang ia jalani mengalami penurunan permintaan. Tidak seperti biasanya. Bahkan lelaki berkepala plontos ini mengaku, menurunnya permintaan pasar juga membuat harga lobster menurun.