Monic (26), salah satu pengguna jasa Uber, mengatakan akuisisi Grab tak terlalu berpengaruh karena dia lebih sering menggunakan aplikasi Grab. Menurut dia, Uber juga kalah saing karena layanannya hanya sebatas transportasi.
"Aku juga pernah trauma sama Uber, jumlah penagihannya gak sesuai sama awal. Jadi punya driver ama punyaku beda tagihannya. Jeleknya ya itu, sering eror. Tapi overall, karena Uber sebenarnya layanannya lebih internasional daripada aplikasi lainnya, menurutku sih memang lebih trusted apalagi masalah keamanan," ujar Monic kepada IDN Times.
Lain halnya dengan Dian (25). Dian mengaku cukup sedih ketika tahu Uber telah diakuisisi oleh Grab. Menurut Dian, walaupun Uber kalah saing dengan aplikasi lain, namun Uber paling adil. Di aplikasi Uber, pengemudi dan penumpang bisa sama-sama memberikan rating.
"Jadi sama-sama nyaman. Penumpang juga nggak bisa seenaknya ngasih bintang satu karena dia kan juga dinilai sama pengemudinya," tutur Dian.
Dia berharap, dengan diakuisisinya Uber, Grab bisa meniru sisi keadilan yang dimiliki Uber, yakni penumpang dan pengemudi bisa saling menilai. Dengan demikian, pihak Grab tak mensuspend pengemudi hanya karena nilai jelek yang diberikan penumpang.