Presiden Jokowi kunjungi Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (19/9/2023) (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Direktur PolMark Research Centre, Eep Saefulloh Fatah, menilai, Jokowi ingin memenangkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dengan menggunakan cara-cara yang tak demokratis. Hal itu Eep simpulkan berdasarkan sejumlah aksi cawe-cawe yang dilakukan Jokowi.
“Beberapa hal umum yang pertama, saya menyaksikan Pak Jokowi ingin menang tetapi tidak ingin menggunakan cara demokrasi. Ini kesimpulan yang pertama,” kata Eep dalam diskusi politik di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024).
“Saya bisa salah, tetapi sejauh ini itulah kesimpulan yang tepat yang bisa saya rumuskan," kata dia.
Eep mengatakan, sejak Indonesia menggelar pemilihan secara langsung, Jokowi menjadi satu-satunya presiden yang melakukan cawe-cawe secara terang-terangan. Menurut dia, cawe-cawe Jokowi pada Pilpres 2024 sudah sangat melampaui batas.
“Sepanjang sejarah reformasi terutama sejak pilpres langsung 2004, pada 2024 pertama kali kita menyaksikan presiden cawe-cawe dengan amat sangat jauh,” kata dia.
“Saya tidak perlu berdebat tentang ini karena Pak Jokowi sudah mengakui. Kesimpulan kedua, ada keterlibatan presiden yang sangat jauh," sambungnya.
Eep menegaskan, Jokowi dan jabatannya sebagai presiden tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, seharusnya Jokowi bisa membatasi diri pada masa kampanye Pilpres 2024.
"Pilpres ini adalah pilpres yang paling brutal sepanjang sejarah reformasi," kata dia.