Kata Millennials Soal PKI dan Komunisme

September kembali menjadi bulan di mana perdebatan tentang sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia terjadi. Perdebatan itu terasa lebih sengit di media massa dan media sosial.
Sejumlah tokoh pun beradu argumen soal sejarah dan kebangkitan PKI. Ribuan masyarakat turun ke jalan dengan agenda, salah satunya, untuk menolak PKI — yang sudah jelas-jelas diharamkan oleh negara.
Film Pengkhianatan PKI pun diputar kembali. Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI sekaligus politisi Gerindra, begitu bersemangat memuji Soeharto, yang menurutnya, berhasil menyelamatkan Indonesia dari komunisme dan kudeta PKI.
Namun, ada yang berkata bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Selama bertahun-tahun dijadikan alat untuk memberi tahu kekejaman PKI versi pemerintah. Sang sutradara sendiri mengaku kecewa dengan hasilnya yang seolah menjadikan Soeharto pahlawan satu-satunya.
Millennials juga punya pendapat mereka sendiri.
Kami pun menemui beberapa millennials di Surabaya untuk meminta pendapat mereka terkait pemutaran kembali film Pekhianatan PKI dan sejauh mana pengetahuan mereka soal PKI dan ideologi komunis.
Ketersediaan informasi dan tingkat rasa ingin tahu pun berpengaruh terhadap persepsi mereka tentang kedua topik ini. Ada yang pernah menonton Pengkhianatan PKI, tapi ada juga yang hanya sebatas mendengarnya.
Ada millennials yang kami jumpai bisa menjelaskan dengan cukup baik apa itu paham komunis. Mereka juga terbilang berpikiran terbuka dan ingin belajar lebih dalam tentang sejarah PKI serta ideologi komunis.
Artinya, jika menonton film Pekhianatan PKI diperbolehkan, bahkan didorong secara publik, maka diskusi mengenai komunisme atau sejarah PKI dengan menggunakan sumber-sumber lain seharusnya juga bisa dilakukan.
Ada juga yang meyakini film Pekhianatan PKI adalah propaganda Orde Baru sehingga menyebabkan masyarakat takut jika sudah mendengar tentang PKI atau komunisme.