Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251114-WA0000.jpg
Kemenag gelar halaqah pesantren yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh (dok. Kemenag)

Intinya sih...

  • Tiga pilar penting untuk adaptasi zaman.

  • Sinergi kampus dan pesantren menuju Indonesia Emas 2045.

  • Aceh memiliki sistem pendidikan dayah yang sudah mapan sejak masa Kesultanan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pesantren, sebagai garda terdepan pendidikan Islam tradisional, terus mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kementerian Agama (Kemenag) berupaya memperkuat peran pesantren dalam lanskap pendidikan nasional. Salah satu langkah teranyar adalah dengan mendorong pesantren agar memiliki tiga pilar utama yang kokoh.

Kepala Subdirektorat Pendidikan Muadalah dan Pendidikan Diniyah Formal Direktorat Pesantren, mengatakan tiga pilar utama itu yakni kelembagaan, keilmuan, dan kemandirian. Penguatan sistem pendidikan pesantren juga dibahas dalam halaqah pesantren yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (13/11/2025).

Nasional. "Hari ini kita melanjutkan proses dari pengakuan de facto menuju penguatan de jure. Negara hadir untuk memberi landasan hukum dan kelembagaan yang kokoh bagi pesantren,” ujar Endi dalam keterangannya, dikutip Jumat (14/11/2025).

1. Tiga pilar itu menjadi penting untuk beradaptasi pada dinamika zaman

Kemenag gelar halaqah pesantren yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh (dok. Kemenag).

Endi menyampaikan, tiga pilar itu penting dilaksanakan pesantren untuk beradaptasi pada dinamika zaman. Meski demikian, tiga pilar itu dibuat tanpa mengesampingkan nilai-nilai keislaman dan warisan tradisinya yang otentik.

Rektor UIN Ar-Raniry, Mujiburrahman, menyampaikan kampusnya siap menjadi partner strategis pemerintah dalam memajukan kelembagaan pesantren. UIN Ar-Raniry kini sedang mengembangkan Program dan Pusat Studi Pesantren. Ini akan menjadi pusat akademik untuk riset, pengembangan kurikulum, dan inovasi dalam pendidikan pesantren.

“Pesantren adalah pusat nilai, ilmu, dan karakter bangsa. Ia tumbuh dari tradisi, bergerak mandiri, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat. Karena itu, kolaborasi perguruan tinggi dan pesantren akan memperkuat pendidikan Islam yang moderat dan berdaya saing,” kata Mujiburrahman.

2. Sinergi kampus dan pesantren menuju Indonesia emas 2045

Kemenag gelar halaqah pesantren yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh (dok. Kemenag).

Sinergi ini, menurutnya, merupakan bagian integral dari visi besar menuju Indonesia Emas 2045. Di masa depan, pendidikan Islam diharapkan tidak hanya berorientasi spiritual, tetapi juga menghasilkan lulusan yang produktif dan inovatif.

Dari forum ini, muncul kesepakatan, masa depan pendidikan Islam di Indonesia harus berakar pada nilai-nilai pesantren yang adaptif terhadap kemajuan zaman. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga motor penggerak kemajuan bangsa.

3. Aceh punya pendidikan dayah

Kemenag gelar halaqah pesantren yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh (dok. Kemenag).

Dalam kesempatan itu, Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Khairuddin, membeberkan Aceh memiliki sistem pendidikan dayah, yakni lembaga pendidikan Islam khas kota Serambi Mekkah.

“Dayah bukan hanya lembaga keagamaan, tetapi juga fondasi peradaban dan karakter masyarakat Aceh. Tradisinya sudah mengakar jauh sebelum sistem pendidikan modern diperkenalkan,” ujar Khairuddin.

Khairuddin mengingatkan, sepanjang sejarah Aceh, dayah adalah institusi pendidikan resmi kerajaan yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan

“Kalau bicara pendidikan karakter, dayah sudah memiliki sistem yang mapan sejak masa Kesultanan,” imbuhnya.

Editorial Team