Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1000580648.jpg
Kementerian ESDM terangi ribuan desa lewat program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dan Listrik Desa (Lisdes). (dok. Kementerian ESDM)

Intinya sih...

  • Program Lisdes dan BPBL terangi ribuan desa di Indonesia.

  • Desa di dua ujung negeri kini menikmati listrik.

  • Program ini menjadi cermin kehadiran negara bagi masyarakat terpencil.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Malam di Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat kini tak lagi temaram. Dulu, ketika senja jatuh di balik perbukitan, warga hanya mengandalkan sinar rembulan dan lampu minyak yang berasap. Kini, rumah-rumah kayu di lereng gunung itu memancarkan cahaya kuning lembut hasil aliran air yang diolah menjadi listrik oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Anggi.

“Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya anak-anak bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan lampu,” ujar Elias Inyomusi, salah satu warga Anggi. “Dulu kami bikin api, pasang gelegar dari rotan, isi minyak tanah, baru bakar. Itu yang kami pakai belajar,” kenangnya. Kini, anak-anak tak lagi belajar di bawah cahaya sumbu minyak, tetapi di bawah lampu pijar yang menyala tanpa henti.

Pembangunan PLTMH Anggi adalah bagian dari program strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Proyek ini menjadikan Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai satu-satunya wilayah di Indonesia yang seluruh listriknya bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).

1. Jadi awal kehidupan baru

PT PLN (Persero) terus berupaya mengalirkan listrik desa-desa terpencil di Papua dan Papua Barat dengan memanfaatkan energi tenaga surya. (Dok. PLN)

Ratusan kilometer dari Papua Barat, di Desa Bandar Jaya, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, cerita serupa juga terungkap. Di teras rumah papan sederhananya, Ruslam (52) duduk sambil tersenyum lega. Untuk pertama kalinya, rumahnya terang benderang tanpa suara dengung genset. “Sebelumnya saya pakai genset. Enam jam satu liter bensin, jadi jam sepuluh malam sudah gelap lagi,” katanya.

Dulu, anak-anaknya belajar dengan lampu redup, sementara sang istri harus berhenti menjahit karena bahan bakar habis. Kini, listrik mengubah segalanya. “Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, saya bisa istirahat dengan tenang,” ucapnya haru.

Momen paling berkesan datang ketika Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyalakan langsung kWh meter di rumahnya. Seketika lampu menyala terang dan sorak gembira warga pecah di udara malam. “Bagi kami, ini bukan sekadar penerangan, tapi awal kehidupan baru,” ujar Ruslam.

2. Sekitar 5.700 desa dan 4.400 belum menikmati listrik

PLN menghadirkan akses listrik bagi warga Kampung Menra di tengah hutan Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. (Dok. Istimewa)

Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dan Listrik Desa (Lisdes) menjadi penopang utama perubahan di dua ujung negeri itu. Melalui kedua program inilah pemerintah berkomitmen mewujudkan keadilan energi. “Program Lisdes ini wujud nyata arahan Presiden Prabowo Subianto agar seluruh desa di Indonesia menikmati listrik paling lambat tahun 2029–2030,” ujar Menteri Bahlil saat kunjungan ke Musi Banyuasin (16/10/2025).

Saat ini, masih ada sekitar 5.700 desa dan 4.400 dusun yang belum menikmati listrik. Karena itu, Program Lisdes 2025 menargetkan 1.285 lokasi baru, dengan pembangunan 4.770 kilometer jaringan tegangan menengah, 3.265 kilometer jaringan tegangan rendah, dan gardu berkapasitas 94.040 kVA.

3. Cermin kehadiran negara

Menteri ESDM, dalam acara Energi Mineral Forum di Kempinski Jakarta, Senin (26/5/2025). (IDN Times/Trio Hamdani)

Bagi desa-desa yang sulit dijangkau jaringan PLN, solusi disiapkan melalui PLTS komunal dan PLTS individual dengan baterai. Sementara BPBL menyasar 215.000 rumah tangga miskin di 36 provinsi agar dapat menikmati listrik gratis, lengkap dengan instalasi rumah tangga dan token perdana Rp100.000.

Listrik kini bukan hanya tanda kemajuan, melainkan cermin kehadiran negara. "Masa Indonesia sudah merdeka 80 tahun tapi masih ada desa gelap?” tanya Bahlil lirih kala mengenang masa kecilnya di kampung tanpa listrik. Kini, di bawah terangnya lampu-lampu sederhana, cita-cita itu perlahan menjadi nyata. (WEB)

Editorial Team