Jakarta, IDN Times - Kasus kekerasan seksual dialami seorang mahasiswi asal Malang berinisial NW. Tragis, NW memilih mengakhiri hidup dengan meminum racun di makam ayahnya karena dipaksa aborsi oleh kekasihnya yang merupakan anggota Polri, yakni Bripda RB.
Kasus ini jadi perhatian usai viral di media sosial. Tagar yang mendukung keadilan bagi NW pun trending di Twitter, Sabtu (4/12/2021) dan kasus ini kini jadi perhatian berbagai pihak terlebih polisi karena melibatkan salah satu anggotanya.
Namun, apa yang membuat kasus kekerasan seksual lebih mudah didengar usai viral di media sosial dibanding saat melaporkan ke pihak berwenang? Dan kenapa banyak korban yang lebih berani bersuara di media sosial?
IDN Times pernah membahas bersama dengan perwakilan Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) sekaligus anggota Koalisi Masyarakat Sipil Anti-Kekerasan Seksual (KOMPAKS) Neqy terkait fenomena ini. Menurutnya, ini terjadi karena masyarakat belum teredukasi harus melapor ke mana saat mengalami pelecehan.
"Atau mereka merasa lembaga-lembaga aduan itu belum aman dan nyaman buat mereka," kata dia dalam program Ngobrol Seru IDN Times: Waspada Pelecehan Seksual di Transportasi Umum!" pada Rabu (10/6/2021) lalu.