ilustrasi suku Jawa (pegawaijalanan.com)
Ketika ditanya soal anggapan adanya Ramalan Jayabaya yang salah satunya menyinggung soal pemimpin dari Jawa, Wasisto menilai hal tersebut memang masih jadi perdebatan.
Namun jika ditelisik sejarahnya, kerajaan di Jawa memang indentik dengan kelihaiannya dalam ekspansi wilayah. Makanya tak heran, sejak dulu bangsa Jawa sudah dikenal oleh kerajaan lain yang berada di nusantara.
"Artinya ekspansi wilayah selalu dari kerajaan Jawa kan, ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Jadi memang kalau dikatakan mitos ya mungkin dasarnya itu, ada ekspansi, ekspedisi kerajaan-kerajaan berbasis jawa yang dulu memang akhirnya membuat Indonesia atau nusantara sekarang ini," tutur Wasisto.
Lebih lanjut, Wasisto menjelaskan, bahwa Suku Jawa dikenal sebagai kelompok yang santun sehingga mudah diterima masyarakat, hal itu sebenarnya alasan yang sifatnya subjektif. Namun dia mengakui bahwa, karakter halus dan mudah beradaptasi memang melekat di Suku Jawa.
"Kita lihat figur atau mungkin suku jawa hampir diterima semua kalangan, makanya ada akronim jawa itu jelajah wilayah. Bahwa suku ini bisa beradaptasi di mana pun, di tempat mana pun, bisa bergaul dengan suku yang berbeda," jelas dia.
Oleh sebab itu, alasan kultural dan sosiologis ini yang kemungkinan membuat pemimpin dari Jawa masih jadi semacam tolak ukur dalam menafsirkan kapabilitas kepemimpinan.