Jakarta, IDN Times - Kilas balik ke semangat reformasi 1998 tertuang dalam buku Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran. Salah satu kisah yang dibagikan adalah dari mata Nuraini Hilir yang masih mengingat kuat kekerasan yang dialaminya.
Pada 1998 di Jalan Gatot Subroto dia merekam demonstrasi penolakan Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode pemerintahan transisi Presiden BJ. Habibie. Ribuan orang di ingatan Nuraini Hilir, bersama sejumlah kawan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang kini disebut PDI Perjuangan dari berbagai kota, ada di barisan depan, berhadap-hadapan dengan barisan tentara, dan bersiap menunggu perintah koordinator lapangan (korlap) untuk menembus blokade menuju gedung DPR.
Jelang malam, suasana meledak, dia dan para demonstran berlari tunggang langgang. Tentara, kata dia, berburu dengan pentungan dan senapan yang digenggam di tangan. Nurani, kemudian merasa ada yang menghantam kepalanya.
"Mataku berkunang-kunang. Pusing. Kepalaku perih sekali. Sekuat tenaga aku berlari menyelamatkan diri. Tepat di bawah lampu jalan di kompleks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, aku baru sadar, kerudung putih yang kukenakan telah berlumur darah. Aku meraba kepalaku, darah mengucur, terus-menerus,” kata dia menceritakan kembali pengalaman itu, dikutip IDN Times, Kamis (7/3/2024).