Padang, IDN Times - “Saya awalnya ragu untuk memulai, sepertinya tak mungkin. Apalagi di Kota Padang sangat susah mencari perempuan yang tekun menjahit. Menjahit butuh kesabaran dan keuletan. Orang kita kan kurang sabar. Untuk mencari penjahit perempuan di Padang ini susah.”
Demikian pengakuan Elsa Maharani, perempuan kelahiran Kota Padang, 5 Maret 1990 ketika IDN Times berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu. Sosok Elsa belakangan menjadi perbincangan usai diganjar penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 dari PT Astra Internasional Tbk.
Ia merupakan satu di antara banyak tokoh muda Indonesia untuk kategori Kewirausahaan. Jika melihat kegigihan dan ketekunannya, penghargaan itu memang pantas ia dapat. Istri Fajri Gufran Zainal ini berhasil mengangkat perekonomian warga di lingkungan tempat tinggalnya, terutama di masa pagebluk Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19.
Melalui usaha konveksi yang baru dirintis sejak akhir tahun 2018 lalu, Elsa secara mandiri mampu menambah pemasukan puluhan ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya. Bahkan melampaui Upah Minimum Provinsi Sumatra Barat (UMP Sumbar). Sebanyak 30 penjahit yang dinominasi kaum perempuan, kini bergabung bersama ibu dari Faguza Abdullah dan Anisa Dini Zakiyah itu.
“Maharrani nama konveksi saya. Nama itu diambil dari nama saya. Sudah saya rintis sejak akhir tahun 2018 lalu. Sekarang sudah ada sekitar 30 penjahit, ada bapak-bapak juga. Tapi yang lebih dominan Ibu-ibu yang tinggal di dekat rumah saya. Konsep yang saya usung ini sociopreneur, memberdayakan masyarakat di tempat tinggal untuk ikut serta membangun dan membesarkan usaha konveksi ini,” kata Elsa, Selasa (23/3/2021).