Kisah Haru Perjuangan Anak Buruh Jadi Lulusan Terbaik UNY IPK 3,96

Jakarta, IDN Times - Perempuan itu terdiam dan menitikkan air mata saat anak lelaki satu-satunya mengabarkan bahwa ia akan menjalani wisuda di Univetsitas Negeri Yogyakarta dengan predikat cum laude.
Dia merasa perjuangannya menjadi buruh perusahaan katering di Melikan, Bantul, tidak sia-sia. Dia banting tulang sendirian setelah sang suami, Sumardiyono, meninggal dunia sejak putranya masih berusia 6 tahun.
Jariyah, nama perempuan itu, merupakan ibu dari Rizki Oktavianto yang menjadi wisudawan terbaik Univetsitas Negeri Yogyakarta periode Februari 2022 jenjang S1 dengan IPK 3,96. Rizki resmi diwisuda pada Sabtu (26/2/2022).
Rizki yang akrab dipanggil Iik kuliah di Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dan mendapat beasiswa Bidikmisi. Tidak menyangka Rizki hampir drop out karena mengalami kesulitan ekonomi dan bullying, bagaimana perjuangan Rizki? Berikut kisahnya yang dikutip dari laman resmi UNY.
1. Perjuangan Rizki untuk dapat mencapai prestasi tidak mudah
Perjuangan Iik untuk dapat mencapai prestasi gemilang ini juga tidak mudah. Sejak kecil dia sudah terbiasa untuk bekerja keras dan berusaha berprestasi.
“Ibu selalu berpesan bahwa suatu saat saya harus menjadi orang yang sukses, dan untuk sukses harus menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya dan mencari pengalaman sebanyak mungkin,” kata Rizki.
2. Setiap ada niat pasti ada jalan
Kondisi ekonomi keluarga terkadang menghalangi cita-citanya, namun sang ibu selalu menanamkan bahwa setiap ada niat pasti ada jalan.
Doa Jariyah terkabul, sejak SD Iik sekolah dengan gratis berkat beasiswa dari Hoshizora Foundation dan beasiswa dari Qatar Charity sejak SD hingga SMA.
Lelaki kelahiran Bantul 31 Oktober 1999 ini juga tidak mudah dalam menyelesaikan jenjang SMA. Kondisi perekonomian membuatnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan SMP di Kabupaten Gunungkidul dengan biaya oleh saudara dari almarhum ayah dan tinggal di rumah neneknya, sedangkan Jariyah tetap tinggal di Bantul.
3. Jadi lulusan terbaik jurusan IPS saat SMA
Iik melanjutkan di SMAN 1 Wonosari dari tahun 2015 hingga 2018. Saudara membantu biaya sekolah sampai kelas XI, sementara untuk kebutuhan uang saku, beli buku, dan kuota internet serta SPP kelas XII ditanggung ibunya yang bekerja sebagai buruh di katering.
Selama sekolah di SMAN 1 Wonosari, Lik pulang pergi ke sekolah naik sepeda menempuh jarak 1,25 km dengan medan yang naik turun. Di SMA, Iik berhasil menjadi siswa yang berprestasi. Ia menekuni bidang OSN Ekonomi Akuntansi dan setiap semester pasti mendapat 3 besar ranking paralel, hingga saat lulus mendapatkan predikat sebagai lulusan terbaik jurusan IPS.
4. Bullying hampir membuat Iik drop out sekolah
Semasa SMA, Iik mendapatkan lingkungan pertemanan dan sekolah yang sangat supportif. Namun, di lingkungan keluarga tempat tinggalnya ia mengalami verbal bullying. Iik menjawabnya dengan raihan sejumlah prestasi selama duduk di bangku SMA.
Namun tekanan mental verbal bullying ini membuatnya nyaris drop out saat kelas XII, tetapi berkat dorongan gurunya Endah Harminingtyas, dia kembali bersemangat bahkan meraih beasiswa bidikmisi sebagai bekal studi lanjut.
5. Iik ingin melanjutkan S2
Warga Iroyudan Guwosari Pajangan Bantul itu diterima di UNY melalui jalur SNMPTN. Semasa kuliah Iik memanfaatkan waktu dengan baik untuk menyeimbangkan sisi akademik dan nonakademik. Lik seringkali meraih beragam prestasi dari 20 lebih kejuaraan.
"Saya berharap agar kedepannya bisa segera mewujudkan doa ibu saya yakni agar saya bisa lanjut S2 dengan beasiswa dan bisa menjadi dosen di masa yang akan datang,” tuturnya.