Oleh Fariz Fardianto
SEMARANG, Indonesia —Suara lantunan ayat suci Alquran sayup-sayup terdengar dari bibir Fifi tatkala Rappler menemuinya di rumah Sahabat Mata, pojok jalan Blok D, Jatisari Asri, Kecamatan Mijen, Semarang, Jawa Tengah, Selasa 22 Mei 2018.
Meski mengalami kebutaan sejak lahir, namun Fifi tampak tak kenal lelah belajar melafalkan tiap ayat suci Alquran.
Siang itu, kedua jemari tangannya perlahan meraba tiap huruf braille Arab. Dengan dipandu seorang guru, ia perlahan membaca tiap huruf Alquran braille. "Coba dibaca yang halaman empat Mbak Fifi. Pelan-pelan saja nanti dikoreksi kalau ada yang salah," kata Sofyan, seorang guru mengaji di rumah Sahabat Mata.
Buku yang ia baca merupakan kitab Alquran braille yang sengaja diperuntukan bagi kaum tunanetra seperti dirinya.
Firi berkata bisa melafalkan Alquran braille lebih cepat atas dukungan penuh dari rekan-rekannya. "Saya yang tidak bisa melihat sejak lahir sudah belajar membaca braille sejak kecil. Nah, hampir setahun belakangan saya mulai belajar braille Arab di rumah Sahabat Mata," aku perempuan bernama lengkap Mei Hardianti tersebut, tatkala berbincang dengan Rappler.
Menurutnya rumah Sahabat Mata selama ini konsisten dengan pembalajaran Alquran braille bagi para tunanetra. Perempuan 22 tahun itu berkisah, perkenalannya dengan pengelola rumah itu berawal dari rasa kegelisahannya untuk mencari teman senasib.
"Kemudian saya secara kebetulan dikenalin sama seorang teman dari yayasan tunanetra di Kudus. Saya lalu datang kemari, ternyata ada komunitas radio tunanetranya juga. Yang lebih senangnya lagi, ada pengajian Alquran braille. Saya rasa ini sarana yang bagus biar punya tuntunan hidup yang lebih baik lagi," kata ibu satu anak ini.
Fifi mengaku tak kesulitan melafalkan Alquran braille. Sebab, dirinya tinggal memperbaiki cengkoknya saja agar dirasa enak didengar.