Pendeta Gilbert Lumoindong menemui Mantan Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla untuk membahas soal potongan video yang membandingkan cara beribadah umat Islam dengan umat Kristiani (IDN Times/Lia Hutasoit)
Izinkan saya mengucapkan minal aidzin wal faidzin buat kawan-kawan yang sedang merayakan Idul Fitri. Di Momen yang sangat Indah ini jangan ada ketegangan di antara kita.
Pertama-tama, sebelum saya lanjutkan kalimat saya, mendingan saya dengan kerendahan hati meminta maaf atas kegaduhan yang ada, karena sebetulnya kita lagi sibuk setelah Pilpres dan mau menyambut Pilkada dan baru saja merayakan Idul Fitri yang baik dan umat Kristen baru saja merayakan kebangkitan Kristus. Lalu, mau menyambut kenaikan ke surga. Jadi saya pikir ini suasana yang harusnya baik, untuk itu saya ingin meminta maaf atas segala kegaduhan.
Beberapa catatan yang perlu saya garis bawahi pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-olok apalagi menghina sama sekali tidak.
Kenapa? Karena saya dibesarkan di kampung di Tebet dan rumah saya hanya 200 meter dari masjid itu tempat main saya masjid itu, lalu saya dibesarkan di SD Dewi Sartika, saya belajar bukan agama Kristen di sekolah itu, tidak ada guru agama Kristen sehingga saya belajar agama islam. Jadi saya dibesarkan dengan kehidupan yang cukup dekat dengan umat muslim dan buat saya saudara sendiri.
Lalu, kemudian beberapa hal yang perlu diketahui itu adalah ibadah interen yang tidak berlaku untuk umum, tapi karena jemaat ada dua ada jemaat gereja, ada jemaat online jadi otomatis ada di YouTube kami, tapi itu jelas ibadat minggu karena itu sama sekali itu tidak dimaksudkan untuk umum.
Ketiga, mungkin ada yang melihatnya dengan kacamata yang berbeda dan kemudian mengedit. Apa tujuannya? Hanya Tuhan yang tahu. Tapi yang pasti bahwa penjelasan itu bukan penjelasan yang lengkap, penjelasan yang lengkap sebetulnya sebagai otokritik bagi umat kristiani di mana saya bilang bahwa ibadah orang muslim cukup setengah mati.
Kenapa setengah mati? Karena berat, sehari lima kali kali, kita orang Kristen seminggu sekali, seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai, kalau ini ada gayanya dan gerakannya yan tidak boleh salah, bahkan saya garis bawahi yang terakhir lipat kaki buat umat muslim biasa sekali mungkin pak JK yang usainya sudah 82 tahun masih bisa melipat kaki, kita orang gereja bisa melipat kaki di usia 40 tahun itu sudah hebat kenapa karena gaya ibadahnya paling santai.
Kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan memberikan 10 persen. Nah di pengetahuan saya, di umat muslim di satunya yang lebih gampang ada 2,5 persen, tapi setela bicara dengan pak JK itu salah, 2,5 persen itu cuma zakat, belum infak, belum wakaf, itung-itung lebih berat lagi.
Untuk itu, saya meinta maaf atas kegaduhan ini, tapi percayalah kebersamaan Indonesia selalu ada di hati saya dan di hati saya selalu ada persatuan karena dasar khotbahnya kalau didengarkan itu justru tentang kasih. Kasihilah sesamamu. Jadi kita mengasihi bukan karena dia berbuat kasih kepada kita tapi meskipun dia bahkan berbuat jahat makanya iman Kristen kami di kasih pipi kiri di kasih pipi kanan.
Jadi tidak mungkin saya menebar sesuatu yang buruk karena ini otokritik buat kta ayo kita berbuat lebih baik kita belajar dari saudara sepupu. Saya biasanya di dalam gereja menyebut umat islam sebagai saudara sepupu karena kita lihat dari Abraham, Ishak dan Ismail.
Kira-kira begitu semoga di hari yang Indah ini kebersamaan Indonesaia jauh lebh berharga daripada kasak kusuk yang terjadi. Dan karena itu kalau berkenan saya pegang tangan Pak JK saya cium tangan ini sebagai tanda kepada umat muslim saya memohon maaf.