Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, mengaku tidak heran melihat kedekatan PAN-Demokrat ke Jokowi. “Karena dalam teori politik ‘siapa, mendapat apa, kapan dan bagaimana,” kata Ujang kepada IDN Times, Senin (24/6).
“Kan itu ketika koalisi itu terbentuk maka mohon maaf koalisi itu bangunannya kan rapuh, di Indonesia kan koalisinya bukan koalisi ideologis, bukan koalisi permanen, tapi koalisi berbasis pragmatisme berbasis kepentingan sesaat,” sambungnya.
Oleh karena itu, Ujang menilai pertemuan AHY dengan Jokowi, PAN dan Demokrat adalah bentuk dari membangun politik yang bersifat pragmatis. “Kalau ada yang merapat ke Pak Jokowi kaya PAN dan Demokrat itu bagian daripada membangun politik yang bersifat pragmatis taktis,” ujarnya.
Namun demikian, secara etika politik menurut Ujang tidak baik. Fenomena seperti ini sudah biasa dalam Pemilu di Indonesia, Ujang menyontoh Pemilu 2014 lalu.
“Kita tahu dulu juga Golkar dan PAN bukan koalisi Jokowi-JK tapi di tengah jalan mereka nyeberang. Artinya koalisi kita adalah koalisi kepentingan. Ketika kepentingan sudah tidak sejalan maka langkah kaki menentukan,” katanya.
Jika melihat pada pertemuan petinggi PAN dan Demokrat dengan Jokowi, Ujang melihat upaya lobi-lobi politik untuk merapat ke penguasa.
“Kubu 01 juga kan mau memperkuat koalisinya makannya mereka pretelin koalisi 02. Di kubu 02 juga partai pasti berpikir bagaimana caranya mengembangkan partainya lima tahun ke depan, mau gak mau mereka harus ikut ke penguasa,” tutup Ujang.