Jakarta, IDN Times - Koalisi masyarakat sipil melawan impunitas yang terdiri dari 252 organisasi dan 547 individu mengecam dan menolak keras pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon yang menyangkal adanya peristiwa pemerkosaan massal pada Mei 1998. Menurut koalisi, pernyataan Fadli yang disampaikan dalam program 'Real Talk' with Uni Lubis itu dianggap bentuk manipulasi, pengaburan sejarah, dan pelecehan upaya terhadap pengungkapan kebenaran atas tragedi kemanusiaan. Khususnya kekerasan terhadap perempuan dalam peristiwa Mei 1998.
Penyangkalan peristiwa perkosaan massal itu dilontarkan bersamaan dengan proyek penulisan ulang sejarah yang tengah dipimpin oleh Fadli Zon. Bahkan, pimpinan di Partai Gerindra itu menargetkan penulisan ulang sejarah akan rampung pada 17 Agustus mendatang.
"Menteri Kebudayaan tampaknya ingin menyingkirkan narasi penting tentang pelanggaran berat HAM dari ruang publik," ujar koalisi di dalam pernyataan bersama dan dikutip pada Sabtu (14/6/2025).
Pernyataan Fadli dianggap nirempati terhadap korban dan seluruh perempuan yang berjuang bersama korban. "Pernyataan itu merupakan upaya untuk mendeskreditkan kerja Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang telah melakukan pendokumentasian dan penyelidikan atas peristiwa Mei 1998," tutur mereka.
TGPF, kata koalisi sipil, dibentuk oleh Presiden ke-3, BJ Habibie pada Juli 1998. TGPF itu terdiri dari berbagai unsur mulai dari pemerintah, Komnas HAM, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Tugas mereka menyelidiki peristiwa Mei 1998.