(Barang bukti uang suap milik Bowo Sidik Pangarso yang ditunjukan oleh penyidik KPK) IDN Times/Santi Dewi
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan, Bowo sudah sering menerima suap dari beberapa perusahaan. Salah satu yang teridentifikasi adalah PT Humpuss Transportasi Kimia yang dimiliki oleh Tommy Soeharto.
"Yang diterima dari PT Humpuss Transportasi Kimia sekitar Rp1,3 miliar," kata Basaria ketika dikonfirmasi pada Kamis malam (28/3).
Suap diberikan oleh Manajer Pemasaran PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti. Basaria menjelaskan saat dilakukan operasi senyap pada Rabu hingga Kamis dini hari, itu menjadi penyerahan yang ketujuh. Transaksi itu dilakukan di kantor PT Humpuss Transportasi Kimia di Gedung Granadi di Jalan HR Rasuna Said pada Rabu (27/3).
"Tim KPK mendapatkan informasi akan ada penyerahan uang dari AWI (Asty Winasti) Marketing Manager PT Humpuss Tranportasi Kimia kepada IND (Indung) yang berasal dari pihak swasta. Diduga penyerahan uang tersebut merupakan realisasi ke-7 yang telah menjadi komitmen sebelumnya," kata dia lagi.
Uang yang diserahkan dalam transaksi ke-7 itu mencapai Rp89,4 juta. Duit itu kemudian dimasukan oleh Asty ke dalam amplop cokelat.
Sementara, enam transaksi sebelumnya diberikan di berbagai tempat antara lain rumah sakit, hotel dan kantor PT Humuss Transportasi Kimia.
"Total dari enam penerimaan itu mencapai Rp221 juta dan US$85.130 (atau setara Rp1,2 miliar)," kata komisioner perempuan pertama di KPK itu.
Tim penyidik KPK ternyata menemukan uang-uang lain di suatu perusahaan. Uang-uang itu dimasukan ke dalam amplop berwarna putih dan dimasukan lagi ke dalam kardus.
"Total ada sekitar 400 ribuan amplop berisikan uang yang KPK duga akan digunakan untuk pendanaan politik atau serangan fajar pada 17 April mendatang," ujar Juru Bicara KPK, Febri Diansyah kemarin malam.
Kardus-kardus itu kemudian ditunjukkan ke media dan disusun hingga tiga tingkat ke atas. Menurut mantan aktivis antikorupsi itu, total uang yang berada di dalam kardus mencapai sekitar Rp8 miliar.
"Di dalam amplop-amplop itu diisi uang dengan nominal Rp20 ribu dan Rp50 ribu. Berdasarkan pengakuan yang bersangkutan, amplop itu akan dibagikan saat pemilu," kata Febri lagi.
KPK mengaku telah mendapatkan konfirmasi dari Bowo bahwa uang itu akan digunakan dirinya untuk berlaga kembali dalam pemilu legislatif dari Dapil II di Jawa Tengah.
Suap itu diberikan ke Bowo karena ia duduk di komisi VI DPR yang mengurus isu industri, investasi dan persaingan usaha. Salah satu mitra dari Komisi VI memang Kementerian BUMN.
Sedangkan, kontrak kerja PT Humpuss Transportasi Kimia terkait distribusi pupuk dengan PT Pupuk Indonesia sempat terhenti.
"Terdapat upaya agar kapal-kapal PT HTK (Humpuss Transportasi Kimia) dapat digunakan kembali untuk kepentingan distribusi PT Pupuk Indonesia Logistik. Untuk merealisasikan itu, maka PT HTK meminta bantuan BSP (Bowo Sidik Pangarso) anggota DPR," tutur dia.
Tentu, bantuan itu tidak gratis. Bowo minta fee senilai US$2 per metric ton dari muatan kapal yang berhasil diangkut.