Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Maruli Simanjuntak, KSAD
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak ketika membuka KSAD Award Kampung Pancasila. (IDN Times/Santi Dewi)

Intinya sih...

  • KSAD sebut negara bekerja super ekstra menangani bencana

  • Penanganan bencana di Sumatra diklaim yang paling cepat selama 30 tahun terakhir, dengan 7 jembatan dan puluhan helikopter tersedia

  • Prajurit TNI AD berusaha maksimal meski dikritik lambat dalam penyaluran bantuan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak, mengungkap salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengatasi bencana di Pulau Sumatra, yakni akses distribusi bantuan yang sedikit. Mayoritas akses jalur darat untuk mendistribusikan bantuan lumpuh.

Sehingga, kata Maruli, harus menggunakan jalur udara. Jumlah bantuan dan logistik untuk tiga provinsi itu tidak pernah kurang.

"Kalau menurut saya pribadi, kenapa kami dianggap bermasalah tentang bantuan-bantuan itu. Kadang-kadang bantuan itu datang berupa logistik-logistik. Logistik-logistik kami banyak, yang jadi masalah distribusi. Yang mau bantuin bikin jembatan, ada gak? Gak akan mau mereka itu," ujar Maruli ketika menjawab pertanyaan IDN Times di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Jumat (19/12/2025).

Sering kali pihak-pihak tertentu hanya meletakkan logistik di posko lalu membawa bendera sebagai identitas asal pemberi bantuan. "Kadang benderanya lebih gede daripada logistiknya," imbuhnya.

Maruli merujuk kepada pihak-pihak tertentu yang tidak ikut terjun langsung ke titik bencana. Pihak-pihak tertentu ini hanya melihat dari kejauhan lalu mengkritik cara kerja pemerintah dalam penanganan bencana lambat.

Ia pun paham masyarakat yang terdampak bencana menghadapi situasi yang emosional lantaran telah kehilangan harta benda dan anggota keluarga. Tetapi, dalam pandangan Maruli, situasi itu dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Maka, dalam situasi seperti di Aceh mulai muncul suara-suara untuk memisahkan diri dari Indonesia.

"Bila yang berbicara masyarakat, maka kita harus maklumi. Tapi, kalau yang berbicara, hanya nonton di kanan, kiri, depan lalu mengomentari. Baru lihat sedikit saja mengomentarinya banyak," tutur dia.

1. KSAD sebut negara bekerja super ekstra menangani bencana

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak ketika membuka KSAD Award Kampung Pancasila. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut, ia memastikan kepada masyarakat bahwa negara hadir dalam penanganan bencana dan mengerahkan kemampuan super ekstra. Bahkan, sepanjang ia berdinas 30 tahun di TNI, penanganan bencana kali paling cepat.

"Dengan bencana yang begitu besar dalam waktu belum sebulan, sudah tujuh jembatan (berdiri), jembatan lainnya sedang proses. Ada sekian puluh helikopter. Silakan Anda bandingkan sendiri, mana lagi penanganan bencana yang lebih cepat dibandingkan ini," kata jenderal bintang empat itu.

Di sisi lain, Maruli tidak bisa menutupi emosinya lantaran TNI AD tetap dikritik lambat bekerja dan menyalurkan bantuan. Padahal, para prajuritnya di lapangan telah berusaha maksimal.

"Anggota kami di sana (titik bencana), jungkir balik mengerjakan ini, tetapi masih dilecehkan juga. Anggota kami berhari-hari di sana, baju basah, gak ada ganti, tempat tinggal juga tidak ada, tetapi mereka tetap mengerjakan ini sepenuh hati. Tetap saja, masih ada orang yang berbicara nyinyir," tutur dia.

2. Sudah ada 32 jembatan Bailey yang siap dibangun di Sumatra

Prajurit TNI AD melakukan pemasangan jembatan bailey di wilayah terdampak banjir di Aceh. (Dokumentasi TNI AD)

Sementara, terkait pembangunan jembatan, TNI telah menyiapkan 32 jembatan Bailey. Sebanyak 18 unit akan dibangun oleh prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dan 14 unit akan dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

"Ada 25 unit jembatan yang sedang dibangun. Tujuh unit (jembatan Bailey) sedang dalam proses untuk memberangkatkan. Tujuh unit jembatan Bailey sudah selesai dibangun," kata mantan Pangkostrad.

Oleh sebab itu, ia berharap publik bisa menghargai kerja keras para prajurit TNI AD yang sudah selesai membangun jembatan Bailey. TNI AD, kata Maruli, sedang mencari cara bagaimana dapat menambah unit jembatan Bailey.

Sementara, jembatan Aramco mengalami kendala stok yang tersedia di pabrik yang terbatas. Ia berharap pada Januari 2026, ada 100 titik yang dapat dibangun jembatan Aramco secara bertahap.

3. Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana Sumatra mencapai 1.071 jiwa

Dampak kerusakan yang diakibatkan usai terjadi banjir di Sumatra Barat. (Dokumentasi BNPB)

Sementara, berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat (19/12/2025), ada 1.071 korban meninggal dunia di tiga provinsi. Angka itu bertambah dari jumlah sebelumnya yakni 1.068 jiwa pada Kamis lalu.

"Per hari ini jumlah korban meninggal secara total di tiga provinsi ini bertambah tiga. Dari posisi kemarin, Kamis 18 Desember, berjumlah total 1.068 jiwa," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari ketika memberikan keterangan pers pada Jumat kemarin.

Tiga orang itu adalah korban dari Tapanuli tengah, Tapanuli Selatan dan Langkat. Sedangkan satu korban dari Sumatra Barat yang masih dalam proses identifikasi.

Selain itu, BNPB melaporkan masih ada 185 jiwa lainnya yang dinyatakan hilang. Sementara, 526.868 warga masih tinggal di tempat pengungsian.

Di sisi lain, 27 kabupaten atau kota masih berstatus tanggap darurat. Sehingga, salah satu fokus utama masih mencari korban yang meninggal dan evakuasi. Puluhan kabupaten atau kota yang masih menerapkan status tanggap darurat meliputi 12 daerah di Aceh, delapan daerah di Sumatra Utara, dan sembilan di Sumatra Barat.

Editorial Team