Jakarta, IDN Times - Pernyataan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan, soal big data berisi 110 juta akun di media sosial yang dukung agar pemilu 2024 ditunda menjadi bumerang.
Pernyataan Luhut tersebut dibantah oleh ahli di bidang teknologi informasi (TI). PDI Perjuangan pun ikut membantah klaim Luhut bahwa pemilih mereka ikut mendukung agar pemilu 2024 ditunda satu hingga tiga tahun.
Kini, publik pun mempertanyakan klaim big data yang pernah ia sampaikan ketika diwawancarai oleh Deddy Corbuzier. Namun, mantan Kepala Staf Presiden (KSP) itu justru ogah mengungkap dari mana sumber big data tersebut.
"Ya, jangan lah. Untuk apa dibuka?" ujar Luhut ketika ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat pada Selasa, 15 Maret 2022.
Alih-alih membuka sumber datanya, Luhut malah menyebut bahwa teknologi sudah berkembang dengan pesat. Sehingga, ia menegaskan big data yang disampaikannya tidak mengada-ada.
"Ya pasti ada lah (sumber datanya). Masak (saya) bohong," ujar dia lagi.
Ia kembali menyampaikan wacana agar pemilu 2024 ditunda berasal dari aspirasi masyarakat di lapangan. Menurutnya, publik justru bertanya-tanya untuk apa dana sebesar itu dihabiskan untuk pemilu presiden.
"Masyarakat itu bertanya kita masih sibuk lho dengan COVID. Keadaan kan masih begini (perekonomian terpuruk). Kenapa kita mesti buru-buru (mengadakan pemilu untuk pilih presiden baru)," kata pria berusia 74 tahun ini.
Lalu, apa kata Luhut soal pemberitaan bahwa ia sempat memanggil petinggi partai politik yang kini ikut menyuarakan agar pemilu 2024 ditunda?