Kemacetan lalu lintas di Jalan Gatot Soebroto (IDN Times/Dheri Agriesta)
Seorang warga, Nisa, mengaku pesanan ojolnya dibatalkan usai menunggu hampir 30 menit dan akhirnya harus menggunakan jasa ojek konvensional dengan tarif dua kali lipat.
"Nembak ojek harganya dua kali lipat dari harga normal di aplikasi," katanya.
Warga lain, Ridwan, butuh waktu satu jam hanya untuk menempuh jarak lima kilometer dari Jalan Sabang ke Gatot Subroto.
“Lihat (Google) Maps jalannya gak ada yang biru, warnanya merah semua. Semua rute macet,” ujarnya.
Kemacetan parah ini juga berimbas pada tarif ojek online. Bahkan, salah satu pekerja di ibu kota yang terdampak, terkejut melihat tarifnya bisa mencapai Rp200 ribu.
Hal itu dialami warga Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Kanya Suryadewi. Dia berencana pulang ke rumah dari kantornya di Palmerah, dengan menaiki KRL dari Stasiun Cawang.
Saat memesan ojol dari kantornya menuju Cawang, dia kaget karena harganya mencapai Rp200 ribu. Biasanya, ojol dari Palmerah ke Cawang berada di kisaran Rp35 sampai Rp40 ribu.
"Iya, saya pesan pakai aplikasi Gojek harganya sampai Rp200 ribu. Biasanya tidak segitu," ujar Kanya saat diwawancarai IDN Times.
Namun, karena tidak ada pilihan lain, dia akhirnya tetap memesan ojol tersebut. Apalagi, dia juga tidak ingin sampai kemalaman di Tajur Halang.