Ilustrasi Mandi, Shower, Kamar Mandi (IDN Times/Sunariyah)
Saat bulan Ramadan dan seseorang berada dalam kondisi junub, baik disengaja maupun tidak, sejatinya tidak dilarang untuk mengikuti sahur. Seperti disampaikan oleh Syekh Al-Qadli Abu Syuja’ dalam Matn al-Taqrib tentang kegiatan yang dilarang selama junub sebagai berikut:
وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ اّلصَّلَاةُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالطَّوَافُ وَالُّلبْثُ فِي الْمَسْجِدِ
Artinya: Haram bagi orang junub lima hal yakni salat, membaca Al-Qur’an, memegang dan membawa mushaf, thawaf, serta berdiam diri di masjid. (al-Qadli Abu Syuja’, Matn al-Taqrib, Semarang, Toha Putera, tanpa tahun, halaman 11)
Meski demikian, lebih dianjurkan untuk mandi junub terlebih dahulu sebelum makan sahur. Sebab, menjalankan ibadah sahur di tengah kondisi junub dirasa kurang tepat.
Apabila tidak sempat mandi junub terlebih dahulu, dapat dicukupkan dengan terlebih dahulu membasuh kemaluan dan berwudu sebelum sahur. Seperti didukung oleh pendapat berikut:
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan:
(وَيُكْرَهُ لِلْجُنُبِ الْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالنَّوْمُ وَالْجِمَاعُ قَبْلَ غُسْلِ الْفَرْجِ وَالْوُضُوْءِ) لِمَا صَحَّ مِنَ الْأَمْرِ بِهِ فِي الْجِمَاعِ وَلِلْاِتِّبَاعِ فِي الْبَقِيَّةِ إِلَّا الشُّرْبَ فَمَقِيْسٌ عَلَى الْأَكْلِ
Artinya: Dimakruhkan bagi junub, makan, minum, tidur dan bersetubuh sebelum membasuh kemaluan dan berwudu. Karena ada hadis shahih yang memerintahkan hal demikian dalam permasalahan bersetubuh, dan karena mengikuti sunah Nabi dalam persoalan lainnya, kecuali masalah minum, maka dianalogikan dengan makan. (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Minhaj al-Qawim, Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, Jeddah, Dar al-Minhaj, 2011, juz 2, halaman 71)