Manfaatkan Internet, Menteri PPPA Harap Anak Cerdas Digital

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi membuka kegiatan pilot project Dukungan Psikososial “Cerdas Berinternet” bagi Anak di SMA Negeri 96 Jakarta. Dia menjelaskan internet dapat memberikan dampak positif bagi anak apabila digunakan secara bijak, mengingat banyak situasi berbahaya yang mengancam anak di internet.
"Tentu internet dan media sosial menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dari kehidupan kita saat ini, namun yakinlah bahwa kalian punya kekuatan untuk menjadi generasi cerdas digital, sehingga kehadiran internet ini dapat memberikan lebih banyak dampak positif bagi diri kita asalkan bisa menggunakannya dengan baik,” ujarnya, dikutip Sabtu (2/11/2024).
1. Memetakan kerentanan anak di dunia daring
Agenda ini dilakukan untuk memberikan pemahaman pada anak lewat psikoedukasi terkait deteksi dini dan perlindungan diri yang dapat dilakukan anak di ranah daring. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memetakan kerentanan anak di dunia daring melalui screening adiksi internet. Hal ini juga jadi upaya mengetahui potensi kerentanan dan penyusunan rencana tindak lanjut untuk penanganan anak-anak yang dinilai membutuhkan intervensi.
2. Anak harus cermat sebelum sebarkan informasi
Dia berharap kegiatan ini bisa menjadi contoh baik dan diimplementasikan secara lebih masif. Bukan hanya itu para kepala daerah juga diharapkan dapat memberikan atensi lebih terhadap isu perlindungan anak.
"Anak-anak harus cermat sebelum menyebarluaskan informasi atau berita. Mereka harus tahu sumber informasi tersebut dan mengecek kebenarannya,” kata dia.
3. Di Jakarta ada 27 kasus KBGO yang melibatkan anak-anak
Pj. Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi menjelaksan perkembangan teknologi digital dapat membawa manfaat besar, tetapi di sisi lain juga menghadirkan berbagai tantangan, terutama dalam isu perlindungan anak dari kekerasan berbasis gender online (KBGO), judi online, peretasan data, dan kecanduan gadget.
“Pada 2024, tercatat 27 kasus KBGO yang melibatkan anak-anak. Fenomena ini tentu saja bagaikan gunung es, yaitu kasus yang dilaporkan kemungkinan jauh lebih sedikit dibandingkan yang terjadi secara faktual. Hal ini menegaskan betapa penting tanggung jawab kita bersama dalam memastikan pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak. Selain itu, harus ada sinergi yang baik, antara guru-guru di sekolah dengan para orang tua dan tentu saja kita yang ada di lingkungan pemerintah,” kata dia.