Jakarta, IDN Times - Posisi juru bicara Presiden Joko "Jokowi" Widodo kini sedang lowong. Sebab, Fajdroel Rachman yang sebelumnya menjabat sebagai juru bicara diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan. Tanda tanya kini muncul di benak publik, apakah posisi yang ditinggalkan oleh Fadjroel masih perlu untuk diisi.
Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio, menilai Jokowi masih perlu juru bicara untuk sisa tiga tahun kepemimpinannya ke depan. Namun, ia menyarankan agar komunikasi di Istana bisa lebih tertib setelah juru bicara baru ditunjuk.
"Kalau saat ini kan terlalu banyak pihak yang bersuara atas nama Istana. Nanti, bila sudah dipilih juru bicara baru harus dipatuhi aturan tersebut, sehingga tidak perlu terlalu banyak mulut untuk bersuara atas nama Istana," ungkap Hendri kepada media pada Kamis, 28 Oktober 2021.
Di sisi lain, ia mengakui Jokowi adalah sosok komunikator yang andal. Tetapi, peran jubir di sini, kata Hendri, bertugas menyampaikan pesan atau klarifikasi yang datang langsung dari presiden.
"Tetapi, Istana juga harus menetapkan dulu bahwa jubirlah orang satu-satunya yang berhak berbicara atas nama presiden," kata dia.
Lalu, apa kriteria ideal untuk menjadi jubir presiden?