Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Sosok Fadjroel Rachman, Stafsus Jokowi dari PT Adhi Karya

Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Negara, Senin 18 November 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menujuk Fadjroel Rachman sebagai salah satu Staf Khusus Presiden pada Bidang Komunikasi, pada Selasa (22/10) lalu. Penunjukan Fadjroel sebagai juru bicara dipertegas melalui surat keputusan Presiden yang ditandatangani oleh Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta. 

“Dengan keputusan surat presiden yang langsung di tanda tangani oleh Jokowi yaitu sebagai staf khusus presiden di bidang komunikasi dengan pembidangan sebagai jubir Presiden,” kata Fadjroel di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/10).

Lalu bagaimana sosok Fadjroel yang sebelumnya dikenal sebagai Komisaris PT Adhi Karya? Yuk, Simak!

1. Terpilihnya Fadjroel sebagai jubir, tak membuat dirinya mundur dari jabatan di Adhi Karya

Pekerja konstruksi di Proyek Stasiun LRT Jabodebek. (IDN Times/Gregorius Aryodamar)

Saat ini, Fadjroel masih menjabat sebagai Komisaris Utama PT Adhi Karya. BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Pria kelahiran 17 Januari 1964 ini, menegaskan untuk tidak akan mundur dari posisi sebelumnya di PT Adhi Karya.

Secara hukum, Fadjroel tetap bisa menjadi Komisaris Utama Adhi Karya sekaligus stafsus presiden. Maka dari itu, alasan Fadjroel tak meninggalkan jabatan sebelumnya. 

“Tidak ada. Ternyata tetap bisa dijalankan secara hukum. Ternyata tidak ada masalah. Kalau jadi menteri, saya harus meninggalkan,” tegasnya.

2. Pernah jadi aktivis mahasiswa yang sempat mendekam di penjara pada masa Orde Baru

(Aksi Kamisan) IDN Times/Margith Juita Damanik

Fadjroel juga dikenal sebagai seorang peneliti, penulis, pengamat politik, dan aktivis mahasiswa yang ikut menuntut turunnya Presiden Soeharto pada 1998. Pria berdarah Banjar dan Bugis ini sempat mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, karena menentang pemerintahan Soeharto. Ia bersama lima rekannya sempat dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain.

Dari Rumah Tahanan Militer Bakorstanasda Jawa Barat, dia dipindahkan ke Penjara Kebonwaru, lalu ke Penjara Batu di Pulau Nusakambangan. Terakhir, pria 55 tahun ini mendekam di Penjara Sukamiskin, Jawa Barat, tempat Presiden pertama RI Sukarno pernah ditahan Belanda.

3. Kegemaran Fadjroel dalam menulis, membaca, dan berdiskusi

Pixabay.com/Free-Photos-242387

Fadjroel menyelesaikan studi strata satu jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), dan melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi program Manajemen Keuangan dan Moneter. Kegemarannya adalah membaca dan menulis buku, sekaligus berdiskusi.

Dia dikenal dekat dengan sejumlah budayawan dan intelektual, mulai dari almarhum Soebadio Sastrosumitro, MochtarLubis, SarbiniSomawinata, Sutan Takdir Alisjahbana, hingga Soedjatmoko. Kedekatan Fadjroel dengan mereka, merupakan buah dari kecintaannya pada buku dan kelompok-kelompok diskusi.

Beberapa hasil tulisan Fadjroel yang diterbitkan, yaitu "Menggugat Indonesia: Republik Tanpa Publik" yang terbit 1990, lalu buku berjudul "May Revolution and Mass media" yang terbit 2001, hingga buku antologi puisi "Catatan Bawah Tanah" yang terbit pada 1992.

Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us