Syekh Hasan as-Sandubi dalam kitabnya Târîkhul Ihtifâl bil Maulidin Nabawi (tentang perayaan Maulid dari masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang), berdasarkan penuturannya, perayaan Maulid Nabi SAW bertepatan dengan masa Dinasti Fathimiyah.
Syekh Hasan menegaskan:
لَقَدْ دَلَّنِي البَحْثُ عَلَى أَنَّ الْفَاطِمِيِّيْنَ هُمْ أَوَّلُ مَنْ اِبْتَدَعَ فِكْرَةَ الْاِحْتِفَالِ بِذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِي
Artinya: “Sungguh telah menjadi penunjuk kepadaku, pembahasan (di atas), bahwa sungguh Dinasti Bani Fatimah merupakan kelompok pertama yang merealisasikan gagasan perayaan untuk mengingat kelahiran Nabi Muhammad.” (Hasan as-Sandubi, Tarikhul Ihtifal bil Maulidin Nabawi, [Matba’ah al-Istiqamah, cetakan pertama: 1980], halaman 60-65).
Peringatan Maulid Nabi terus berlanjut dan semakin pesat sampai Dinasti Fatimiyah runtuh. Lalu, umat Islam dipimpin ulama-ulama dan kerajaan yang berafiliasi pada Ahlussunnah wal Jamaah. Perayaan Maulid Nabi SAW terus berlanjut, dan pertama kalinya diperingati Sultan Nuruddin, penguasa Syiria, pada 511 H.
Sementara dalam catatan Sayyid al-Bakri, disebutkan pelopor kegiatan Maulid adalah seorang raja di daerah Irbil, Baghdad, al-Mudzhaffar Abu Sa’id. Kala itu, peringatan Maulid Nabi dilakukan masyarakat dari berbagai lapisan dengan berkumpul di suatu tempat. Mereka membaca Al-Qur'an, bersholawat, membaca sejarah singkat perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Catatan tersebut juga tertuang dalam kitab al-Bakri bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, halaman 364.