Jadi pemerintah kan berupaya menahan agar krisis di bidang kesehatan ini tidak juga membuat krisis di bidang ekonomi. Perbedaan dengan kasus yang sebelumnya, saat krisis finansial (1997-1998), saat itu krisis munculnya di sektor keuangan. Nah sekarang mulainya di sektor kesehatan, dan ini siklus seratus tahunan karena pandemik ini kan seratus tahunan.
Tetapi kalau krisis keuangan episentrumnya kan ada di mana–mana. Tahun 1998 kita jadi episentrum. Tahun 2008 krisis ekonomi episentrumnya di Amerika. Tetapi yang sekarang ini, episentrumnya ada di lebih dari 210 negara. Kena semuanya. Kita sedang mencegah dari kondisi krisis kesehatan menjadi krisis kemanusiaan. Oleh karena itu, didorong program jaring pengaman sosial untuk kesehatan.
Pemerintah menyediakan dana Rp70 triliun untuk kemanusiaan, didorong dana JPS Rp 110 triliun, baik itu Program Keluarga Harapan (PKH) yang penerimanya dinaikkan menjadi 20 juta, kartu sembako dinaikkan dananya menjadi Rp200 ribu, kemudian di dalam amplop JPS itu ada Kartu Prakerja.
Nah kemudian di amplop berikutnya dari pengamanan ekonomi, karena dua hal yang dikhawatirkan oleh pekerja, satu sakit, dua tidak mendapatkan gaji. Kalau tidak mendapatkan gaji itu tidak bisa hidup.
Berikutnya, tidak semua orang bisa working from home karena yang kerja di pabrik itu tidak bisa working from home, sehingga tentu pemerintah juga melihat itu semua, maka jaring pengaman sosial, jaring pengaman ekonomi itu adalah untuk tetap menjaga lapangan kerja, tetap menjaga masyarakat punya pekerjaan, kalau mereka punya pekerjaan maka itu kehidupan masyarakatnya relatif aman.
Jadi saved job for life people itu sendiri. kemudian berikutnya baru dari pengaman sektor keuangan yang Rp150 triliun, sehingga pemerintah melihat krisis ini jangan sampai menimbulkan efek domino. Kita tidak ingin seperti yang lalu terpaksa harus ada yang namanya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan yang lainnya. Jadi kita mencoba menyelesaikannya di awal.
Oleh karena itu, berbagai paket disiapkan dan Pak Presiden mengatakan bahwa pertumbuhan kita akan rendah, makanya kita mengambil cara Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), karena cepat.
Kita membutuhkan kecepatan karena yang kita selamatkan bukan cuma ekonomi, tetapi menyelamatkan human life, kehidupan manusia. Jadi lebih cepat, lebih baik. Kemudian IMF (Dana Moneter Internasional, red), baru merilis report kemarin kan, dikatakan hanya tiga negara yang pertumbuhannya positif: China, India, dan Indonesia.
Kemudian yang menarik untuk tahun 2021, mereka juga memprediksi tiga negara dengan pertumbuhan tinggi di atas 5 persen, yaitu China, India, dan Indonesia. Bahkan Indonesia diprediksi lebih dari 8 persen, persyaratannya apa, karena mereka melihat Indonesia melakukan transformasi di bidang pendidikan, transformasi di bidang kesehatan, transformasi di bidang struktural, di bidang ekonomi?
Ada 210 negara yang mendapatkan pandemik ini, sehingga nanti tentu siapa yang paling cepat keluar duluan, itu yang akan mendapatkan katakanlah investasi dan yang lain, karena sesudah itu demand dianggap akan naik kembali.
Makanya yang dilakukan Amerika misalnya, Presiden Trump step in terhadap urusan minyak, karena contohnya akibat kebijakan lockdown, demand seluruh dunia turun 25-29 juta barel minyak per hari, dan ini turun karena demand-nya sudah turun.
Soal minyak ini, ada perang dagang Arab dengan Rusia. Makanya Presiden Trump step in, ikut mengurusi, karena Amerika itu produsen 13 juta barel minyak per hari. AS memangkas produksi 2 juta barel. Jadi sebetulnya yang dipotong 10 juta barel per hari itu masih kurang dibandingkan turunnya demand dan bagi Amerika, ya tentu Texas itu menjadi penting, dan dengan kondisi begini 20 perusahaan minyak Amerika filed bankruptcy.
Kita punya kepentingan terhadap kemandirian energi. Pemerintah juga step in yang terkait dengan kelapa sawit B30 dan yang lain. Apalagi kalau kita bicara B30, kita bicara 17 juta masyarakat kita yang tergantung dari kehidupan di sektor kelapa sawit. Jadi itu yang kita dorong dan mudah-mudahan pemerintah juga mematok bahwa ke depan itu tumbuhnya (ekonomi) sekitar 5 persen.