Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Bintang Puspayoga (Dok. Humas KemenPPPA)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan akar masalah ketidaksetaraan gender karena adanya budaya patriarki yang masih langgeng dalam masyarakat. Hal ini kerap membuat perempuan sering dinomorduakan.

"Terlebih dalam situasi yang serba sulit sehingga tidak mendapatkan haknya," ujar Bintang melalui Webinar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) '76 Tahun Merdeka, Perempuan Indonesia Sudah Berdaya?', Sabtu (14/8/2021).

"Pandemi COVID-19 juga semakin memperburuk ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan, terutama bagi mereka yang memiliki kerentanan ganda seperti tinggal dalam keluarga prasejahtera, menjadi kepala keluarga, memiliki disabilitas ataupun merupakan penyintas kekerasan," lanjutnya.

1. Perempuan kini lebih berdaya, namun tidak boleh puas hati

Ilustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Jika dibandingkan dengan masa sebelum kemerdekaan, Bintang mengatakan perempuan Indonesia saat ini semakin berdaya. Sebab, semakin banyak perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi, berkarya sesuai cita-cita bahkan menjadi pemimpin.

"Namun, kita tidak boleh mudah berpuas hati karena berbagai data dan fakta menunjukkan bahwa perempuan masih mengalami diskriminasi, stigmatisasi, marjinalisasi, dan bahkan kekerasan," kata Bintang.

Berdasarkan survei pengalaman hidup perempuan nasional tahun 2016, lanjut Bintang, menunjukkan satu dari tiga perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik atau kekerasan seksual oleh pasangan dan selain pasangan selama hidupnya.

2. Berbagai data masih menunjukkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan

Ilustrasi kekerasan pada perempuan dan anak. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam kesempatan itu, Bintang mengatakan perempuan belum setara mendapatkan akses partipasi, kontrol dan manfaat pembangunan jika dibandingkan dengan laki-laki. 

Hal itu ia katakan dengan memaparkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur kualitas hidup manusia berdasarkan tiga aspek yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi di mana IPM laki-laki masuk ke dalam kategori pencapaian tinggi, sedangkan IPM perempuan masuk ke dalam taraf sedang pada tahun 2020.

Selain itu, ia juga mengatakan data Indeks Pembangunan Gender (IPG) baru menunjukkan angka 91,06 pada tahun 2020. 

"IPG yang mengukur peran aktif perempuan terutama dalam bidang politik, pengambilan keputusan, serta ekonomi dan secara khusus peran perempuan dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan baru menunjukkan angka 75,57 pada tahun 2020," ungkapnya. 

3. Memastikan perempuan Indonesia tidak tertinggal di masa depan

ilustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Oleh karena itu, Bintang mengatakan pentingnya perhatian terhadap pemberdayaan perempuan dalam masa-masa sulit, dan selain menutup ketidaksetaraan gender yang masih ada, menurutnya perempuan Indonesia perlu dipastikan tidak tertinggal di masa depan.

"PR kita hari ini bukan hanya untuk menutup lubang ketidaksetaraan yang masih ada, namun juga berpikir dua, tiga langkah lebih maju dan memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan," imbuh Bintang.

Editorial Team