Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rais Syuriah PBNU sekaligus Panel Pansus PKB PBNU, KH Cholil Nafis (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Rais Syuriah PBNU sekaligus Panel Pansus PKB PBNU, KH Cholil Nafis (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • Cholil menilai sistem MBG tidak harus bergantung pada dapur atau SPPG.

  • Cholil mengingatkan agar tidak mematikan usaha masyarakat sekitar sekolah maupun pesantren.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis, menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu evaluasi menyeluruh setelah kasus keracunan massal yang menimpa ribuan siswa.

Dia menekankan perbaikan sistem penting dilakukan agar tujuan program tetap tercapai tanpa menimbulkan masalah baru.

"Evaluasi kan artinya dikoreksi kembali. Mungkin pertama, sistemnya diubah menjadi tidak semuanya sistem dapur, bisa suplai bahan atau uang, intinya bagaimana anak-anak bisa makan yang bergizi," kata Cholil dalam keterangan resmi di Jakarta, dilansir ANTARA, Rabu (1/10/2025).


1. Perlu perbaikan sistem distribusi

ILustrasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Rangga Erfizal)

Cholil menilai, sistem MBG tidak harus bergantung pada dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sebagai alternatif, pemerintah bisa menyalurkan bahan makanan atau uang tunai, terutama di daerah yang kesulitan mengakses bahan pangan bergizi.

"Namun, mempertimbangkan wilayah dan tempat, mungkin di daerah-daerah ada yang belum siap, bisa didukung bahannya. Kemudian, di tempat lain bisa juga barangkali diberikan uangnya," kata dia.

2. Jangan merusak ekosistem ekonomi lokal

illustrasi memasak di dapur MBG sekolah (pexels.com/Adrian Dorobantu)

Cholil mengingatkan agar pelaksanaan MBG tidak mematikan usaha masyarakat sekitar sekolah maupun pesantren. Menurut dia, melibatkan pedagang lokal justru dapat memperkuat ekonomi sekaligus mendukung pemberdayaan masyarakat.

"Jadi kasus keracunan ini bisa menjadi evaluasi karena ada ribuan, berarti ada sistem yang salah, bukan hanya keteledoran semata, melainkan sudah ada sistem yang salah," ujar dia.

3. Program tetap dilanjutkan dengan gotong royong

Siswa SMP Angkasa menikmati makanan MBG dari Dapur SPPG 1 TNI AU Adi Soemarmo, Boyolali. (IDN Times/Larasati Rey)

Cholil menegaskan, MBG tidak perlu dihentikan. Program ini bisa tetap berjalan dengan model kolaborasi bersama masyarakat sekitar sehingga selain menyediakan makanan bergizi juga membuka lapangan pekerjaan baru.

"Namun, bisa dilakukan dengan misalnya di daerah itu diserahkan masyarakat sekitar, gotong royong dengan orang-orang yang biasa jual di sekolah, malah lebih bagus," ucap dia.

Editorial Team