Selain meningkatkan kapasitas penyediaan listrik dan keandalan sistem interkoneksi sistem Sulawesi bagian Selatan, PLTB ini juga mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi biaya pokok pembangkitan dengan penghematan Rp577 per-kWh jika dibandingkan dengan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pengembang PLTB Jeneponto rencananya bakal melakukan ekspansi menyusul keberhasilan beroperasinya pembangkit yang sekarang. "Kalau sekiranya dikembangkan, saya gembira, mengingat (PLTB yang akan dibangun) sudah memiliki sistem penyimpanan energi. Akan membantu PLN bekerja dan utamanya pelanggan yang menjadi konsentrasi kita tidak mengalami masalah dari fluktuasi (produksi listrik)," tutur Rida.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN (Persero) Djoko R Abu Manan menyambut hangat perluasan bisnis pembangkit EBT, mengingat melimpahnya sumber EBT di Sulawesi Selatan.
"Kita sangat mendukung energi terbarukan, karena energi fosil pasti akan habis. Di Sulawesi Selatan banyak potensi energi hidro, surya, angin juga banyak. Sulawesi ini luar biasa, karena potensi energi angin tidak di semua tempat, koridornya di Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Jawa Bagian Selatan. Ini berkah," tutur Djoko.
Sebagai informasi, saat ini kondisi sistem kelistrikan Sulawesi bagian selatan memiliki daya mampu sebesar 1.499 MW dengan beban puncak 1.165 MW dan cadangan daya sebesar 334 MW. Sementara itu, rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Selatan hingga Juli 2019 mencapai 99,99 persen. (NA)