Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi TNI.
Ilustrasi TNI. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Intinya sih...

  • Pakar Hukum Tata Negara, Margarito Kamis, menilai konsep dikotomi sipil-militer adalah pemikiran 'impor' dari Barat, yang sengaja dirancang untuk memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

  • Margarito menegaskan gagasan mempertentangkan negara dengan masyarakat atau sipil dengan militer diprakarsai kelompok aristokrat dan oligarki dengan kepentingan kekuasaan.

  • Ia juga mewanti-wanti agar bangsa Indonesia cerdas dalam menyerap konsep-konsep dari luar, karena ada "hidden mind" atau niat tersembunyi di balik gagasan dikotomi sipil-militer yang dapat melemahkan Indonesia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pakar Hukum Tata Negara, Margarito Kamis, memberikan pandangan terkait isu hubungan sipil dan militer di Indonesia. Menurutnya, gagasan yang mempertentangkan atau dikotomi antara sipil dan militer, bukanlah pemikiran asli bangsa Indonesia.

Margarito menyebut konsep tersebut adalah pemikiran 'impor' dari Barat, yang sengaja dirancang untuk memecah belah persatuan bangsa.

"Sejauh pengetahuan saya, yang mempelajari sejarah tata negara, pikiran ini datang dari Barat. Pikiran mempertentangkan antara sipil dengan negara, mula-mula begitu, sipil dengan militer, itu pikiran asing," ujar Margarito di sela diskusi bertema “Redefinisi Hubungan Sipil-Militer Menuju Indonesia Kuat dan Berdaulat” di Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2025).

Menurut Margarito, yang ada di Indonesia kala itu adalah semangat kesatuan sebagai satu bangsa, satu negara, dan satu entitas politik.

2. Berasal dari kelompok aristokrat dan oligarki

ilustrasi TNI ( ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Lebih lanjut, Margarito menilai, gagasan mempertentangkan negara dengan masyarakat atau sipil dengan militer, diprakarsai kelompok-kelompok tertentu, dengan kepentingan kekuasaan.

"Dan dalam sejarah tata negara universal, itu pikiran ini diprakarsai oleh, 'oligarki, aristokrat'. Di masa lalu, di zaman Romawi kuno itu aristokrat. Di abad ke-18, ke-19 sampai dengan sekarang, itu oligarki," ungkap tim advokat Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 itu.

3. Peringatan adanya "Hidden Mind" untuk melemahkan Indonesia

Ilustrasi prajurit TNI sedang berbaris (dok. Dispenad)

Margarito mewanti-wanti agar bangsa Indonesia cerdas dalam menyerap konsep-konsep dari luar. Ia meyakini ada "hidden mind" atau niat tersembunyi di balik gagasan dikotomi sipil-militer yang terlihat indah di permukaan.

Tujuannya tidak lain adalah untuk mengadu domba bangsa Indonesia. "Karena mereka tahu kalau kita bersatu, habis. Kita akan terlalu maju, dan karena itu mesti dipukul dengan cara itu," ujar dia.

Saat ditanya soal peran ideal sipil dan militer untuk Indonesia yang kuat, Margarito menolak terjebak dalam kerangka pemikiran tersebut. Menurut dia mendefinisikan peran masing-masing secara terpisah justru akan melanggengkan pemisahan yang ia kritik.

"Saya tidak mau dipertentangkan antara sipil dan militer, seolah-olah sipil cuma begini saja, dan militer harus begini. Itu yang menurut saya salah," kata dia.

Margarito menyebut kunci kekuatan bangsa terletak pada kesatuan, bukan pada pemisahan peran yang justru dapat menciptakan celah untuk diadu domba.

Editorial Team