Sedangkan terkait Pemilu 2024, menurut Said, ada tiga alasan kenapa pemilu khususnya di pemilihan legislatif, kotor sekali dan menjijikan.
Alasan pertama adalah keberadaan Sirekap dan real count KPU yang tidak nyambung. Said menyebutkan, dari temuan Partai Buruh, suara Partai Buruh itu turun terus di Sirekap. Begitu juga di real count, turun juga.
"Bagaimana mungkin jumlah suara dihitung, turun. Kalau persentase mungkin. Makin banyak yang masuk, kalau tetap jumlah suaranya, maka akan berkurang. Tapi, ini jumlah suara," ujar Said.
"Temuan Partai Buruh di Dapil Sumatra Utara, di Deli Serdang. Tertera di C1 hasil dari KPU, itu ada 1 atau 2 suara. Tapi di totalnya 0, bayangkan kalau 2 suara dihilangkan punya Partai Buruh, kali 823 ribu, 1,6 juta suara hilang. Kami ingatkan KPU jangan main-main. Buruh itu sekali dicurangi, lumpuh ekonomi kita bikin," tegasnya.
Alasan kedua, "mana C1 atau C hasil yang benar," ujar Said pada awak media.
Ia menjelaskan bahwa pada pemilihan sebelumnya ada hologram, sedangkan di Pemilu 2024 ini, hasil formulir C1 tidka ada hologram, tidak bisa menentukan mana formulir C1 atau C hasil yang benar.
Alasan ketiga, hak angket. Said bersama Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz dan Ketua Umum SPN, Joko Heriono menyebutkan, bahwa hak angket ini adalah hak rakyat untuk mendapatkan pemilu bersih. Untuk mengecek, mengawal pemilu bersih, adil, dan jurdil.
"Bila mana ini tidak dipenuhi, bisa dipastikan, di antara tanggal 10 sampai 23 Maret, tiga hari berturut-turut Partai Buruh dan gerakan buruh, ratusan ribu akan kepung KPU pusat. KPUD di seluruh daerah, kami kepung. Kami ingin mendapatkan pemilu bersih, khususnya di pemilihan legislatif," tegas Said.