Amien Rais (Yotube: Amien Rais Official)
Dalam video tersebut, Amien Rais juga menyebut Jokowi sebagai presiden bebek lumpuh. Berikut petikannya:
"Tetapi itu dulu menurut saya ya, sekarang Mulyono, sekarang itu sejak jadi presiden bebek lumpuh sudah kehilangan kesaktiannya. Kekuatan rakyat yang meminta supaya Mulyono atau Jokowi sekeluarga segera diperiksa oleh penegak hukum sudah semakin meluas ya. Saya berani mengatakan hari-hari ini Mulyono semakin resah, gelisah, galau dan tidak mampu lagi tertawa lepas hahahihi yang seperti masa-masa kemarin.
Mudah-mudahan saya keliru, tetapi saya khawatir seperti saya sampaikan beberapa hari lalu, ini manusia Mulyono karena kalap bisa mengambil aksi yang cukup berbahaya yang saya istilahkan sebagai politik bumi hangus.
Mulyono atau Jokowi ini nampaknya sadar bangunan politik yang sudah dia upayakan dengan segala cara yang licik, busuk, dan penuh dengan aneka ragam kebohongan dan keculasan, bangunan besar itu sekarang sudah ambruk.
Dan pasti buat Jokowi sangat menyakitkan ya, nah apakah kemudian mau mengandalkan Gibran? Itu mustahil. Gibran bagaikan mentimun bongkok, ada, tidak ada, itu tidak ada masalah ya. Jadi orang Jawa bilang Gibran itu seperti timun wungkuk jogo imbuh, jadi ada tidak adanya itu tidak berpengaruh, ya karena siapa dia itu?
Tentu bagi Pak Prabowo, Gibran ini si timun wungkuk jogo imbuh itu betul-betul jadi beban ya, dan peralihan bagaimana caranya menghilangkan beban itu, ya misalnya di kata si Gibran diajak sidang kabinet, ini anak ugungan Mulyono ya, kalau ikut bicara mungkin malah jadi lelucon saja ya.
Wong buka warung martabak markobar saja tidak laku, tidak sampai setahun sudah bangkrut. Lantas diskursus apa yang bisa dia sampaikan? Tentu nothing. Tidak ada sama sekali. Atau kemudian Jokowi mau mengandalkan Kaesang, membanggakan Kaesang, apalagi ini ya kehidupan keluarga muda Kaesang yang hedonistik, suka pamer kemewahan, bergaya OKB, dan mengalami culture shock sekarang jadi sasaran kebencian mayoritas kaum milenial.
Jadi Kaesang juga sudah tertutup jalan buntu, mau nyagub diketawain ayam, mau nyalon wali kota juga tidak ada yang akan memilih, kecuali milenial yang keblinger.
Ya sementara itu Bobby Nasution dan Kahiyang binti Mulyono sekarang namanya sudah jatuh. Ternyata istilah blok medan dalam persidangan korupsi bekas gubernur Maluku Utara, Pak Abdul Ghani Kasuba, menyebutkan blok medan tak lain dari pasangan wali kota medan dan istrinya, yang ibarat drakula taringnya itu sangat panjang sangat jauh, sehingga minta jatah ikut menambang nikel di Provinsi Maluku Utara.
Nah hampir semua pengamat politik yang jeli berpendapat tidak mungkin lah ya presiden ilek Prabowo sudi melanjutkan esensi pemerintahan Mulyono yang apatriotik, memecah belah bangsa, menjadikan kebohongan dan kepalsuan sebagai seni berkuasa mengunggulkan kepentingan pribadi dan keluarga sebagai segala-galanya, tamak dan serakah jadi ini tidak mungkin Pak Prabowo yang ukuran kepemimpinannya itu jauh di atas Jokowi lantas kemudian disuruh meneruskan kebijakan Jokowi.
Nah si bebek lumpuh Mulyono ini makin dekat ke 20 Oktober makin terus berlagak seperti presiden yang tidak mau turun panggung ya, nah di konteks inilah saya merentang pikiran saya, bisa jadi di sisa umur politiknya yang makin mengerucut habis pada 20 Oktober nanti, itu Mulyono akan membuat gebrakan terakhir, the last hurrah, misalnya dia mengundang semua lurah atau kepala desa se-Indonesia ke Jakarta, atau juga mengundang kepala daerah tingkat dua wali kota dan bupati, atau bahkan mengundang kepala daerah tingkat 1 para gubernur ke Jakarta.
Untuk apa? Ini cuma perkiraan saya ya, yaitu untuk membuat kebulatan tekad supaya pelantikan presiden yang baru itu bisa diundur dengan alasan misalnya yang dicari-cari seperti kondisi bangsa sedang semrawut sehingga tidak kondusif untuk dilakukan penggantian kepemimpinan nasional, ya ini kan tentu tidak masuk akal.
Jadi mental raja Jawa gadungan yang melekat dalam diri Mulyono atau Jokowi itu memang sudah muncul sesuai aslinya ya, jadi Joko pret Jokowi ini ya itu merasa hebat, pandai, ampuh seolah-olah menyatakan sopo siro, sopo ingsun, pepatah Jawa itu selengkapnya menurut Profesor Nur Syam dari Surabaya, adigang adigung adiguno sopo siro sopo ingsun."