Persis pukul 07.45 WIB, kami tiba di pintu Tol Palimanan 3. Perasaan girang bukan main. Selamat tinggal jalan bergelombang. Namun beberapa menit setelah menikmati jalan bebas hambatan itu, kami disambut drama baru. Terjadi kemacetan sekitar lima kilometer lebih, mulai KM 217 hingga KM 222.
Rupanya kemacetan terjadi akibat minibus mogok di bahu jalan. Tak habis pikir, kenapa bisa menyebabkan kemacetan, ya? Padahal minibus itu tak menghalangi ruas tol.
Setelah lancar beberapa kilometer, kami kembali disambut drama berikutnya. Antrean kendaraan sekitar satu kilometer mulai KM 239. Mataku tak lagi kompromi. Rasa kantuk kembali menyerang.
Aku coba menambah volume murotal Syech Misyari, tapi kedua mataku tetap 'sepet'. Ditambah lagi lihat antrean kendaraan yang mengular.
Setelah melewati antrean itu, rupanya minibus becah ban di bahu jalan jadi penyebab kemacetan. Jengkel ya, tapi mau marah ke siapa? Yaudah, nikmati aja. Rasa dongkol terobati dengan keindangan pemandangan di kanan dan kiri tol.
Hamparan sawah dan pohon rindang di sepanjang Tol Palmanan itu membuatku berimajinasi di tengah kemacetan. Aku membayangkan tengah berada di bawah pohon itu, menggelar tikar sambil menikmati sajian minuman segar dan cemilan. Tapi tak lama aku tersadar, aku sedang berpuasa.
Usai melewati kemacetan, kami memutuskan istirahat di rest area KM 245 pada pukul 09.30 WIB. Drama lain juga menyambut kami di sini. Toilet dengan kapasitas terbatas, tak sanggup menampung ratusan pemudik. Akibatnya, terjadi antean panjang.
Pompa air pun mendadak mogok. Orang-orang yang udah terkanjut di toliet pun mendumel. Aku juga harus menampung tetesan air dengan bekas botol air mineral, untuk buang air kecil di toilet pria. Tapi antrean yang parah di toilet wanita.
Berselang 15 menit kemudian, air kembali mengalir. Seperti menemukan air di padang pasir, para pemudik menyambut gembira di tengah teriknya matahari pagi itu.
Usai salat duha, aku coba memejamkan mata di musala, tapi aku jetlag. Aku merasa badanku bergetar seperti di dalam kendaraan dan mata tak mau terpejam. Ditambah lagi si kecil menyusul dari ibunya dan menunggangi perutku, dia mengajak bermain.
Belum lagi, orang di sampingku bercerita kepada temannya, soal kemacetan yang ia alami di Tol Cikampek hingga Tol Cipali, yang secara tak langsung aku mengupingnya. Pria paruh baya itu mengaku berangkat dari Bekasi pukul 00.00 WIB, dan terjebak kemacetan. Dalam hati aku merasa beruntung karena nyasar ke Cikarang Barat.
Aku pun gagal tidur di musala. Setelah 30 menit kemudian, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Istriku ngotot lagi. Kali ini dia minta bergantian nyetir, karena melihat aku yang begitu kantuk. Aku pun mengalah, dari pada celaka di jalan akibat kantuk.
Giliranku duduk manis sambil memangku si kecil di samping istriku yang sibuk mengemudi. Ujung-ujungnya tak bisa tidur. Si kecil terus mengajak bermain, sampai akhirnya tiba di Tol Pemalang-Semarang. Beruntung, tak ada kemacetan berarti di tol baru ini.
Pengalaman yang dinanti-nantikan melintas di tol baru ini juga membuat mataku melek. Selain agak bergelombang, tol ini dibangun dengan cor sehingga lumayan berisik di kendaraan.
Lampu jalan juga belum semuanya terpasang. Jadi tak bisa memacu kendaraan lebih cepat.
Tapi kami menemukan pemandangan unik saat arus lalu lintas sedikit tersendat di tol ini, yang membuat kami dan mungkin pemudik lain mesam-mesem.
Adalah spanduk yang berderet di kanan dan kiri tol, yang berisi peringatan bernada sindiran, "Jangan kecelakaan di sini, rumah sakit jauh."
Akhirnya sekitar pukul 11.00 WIB kami keluar di gerbang Tol Pemalang. Kami hanya membayar Tol Palimanan-Pemalang seharga Rp 58.000. Keluar gerbang tol, kami mengambil ke kiri arah Purbalingga. Sedangkan, ke kanan arah Semarang melalui jalut Pantura.
Tujuan kami arah Purwokerto atau Bobotcari. Ini jalur favoritku. Karena sawah dan pegunungan kaki Gunung Slamet jadi pemandangan sepanjang jalur ini. Jika pagi atau malam hari, jalur ini biasanya diselimuti kabut tebal hingga jarak pandang terbatas. Belasan kelokan tajam dan tanjakan curam juga jadi ciri khas jalur ini.
Karena itu, jalur ini rawan kecelakaan. Ratusan orang sudah menjadi korban jiwa di jalur ini, akibat kendaraan terjun ke jurang. Butuh eksta hati-hati saat melewati jalur ini. Karena itu, aku ambil alih kemudi, sebelum memasuki jalur ini. Kira-kira satu jam menempuh jalur pegunungan ini.