Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Rochmanudin

Purbalingga, IDN Times - Malam itu semangat untuk mudik tidak kendur, meski aku sedang sakit kepala. Hari itu, Minggu (10/6) aku memang seharian memplototi laptop, bekerja sejak pukul 06.00 hingga 22.30 WIB.

 

Aku coba merebahkan badanku sejenak, menghilangkan rasa sakit itu. Untungnya, semua koper dan barang-barang sudah masuk ke mobil. 

Senin (11/6) pukul 01.00 WIB, aku terbangun dari tidur. Alhamdulillah, sakit kepalaku sudah berkurang. Pukul 01.30 WIB, kami pun siap berangkat mudik. 

Aku mudik bareng istri, anak balitaku, ibu, adik, keponakan, dan calon adik ipar, plus segudang barang-barang. Lengkap sudah. Kami berangkat dari Cimanggis, Depok, Jawa Barat. 

Namun, jelang keberangkatan, kami dihadapkan dua masalah. Bagasi tak bisa ditutup. Adikku salah menempatkan barang-barang di bagasi. Masalah kedua, lupa belum cek angin roda mobil.

 

Praktis, malam itu aku harus mencari SPBU di sekitar Cibubur, sebelum masuk tol. Tapi semua pengisian angin di SPBU sudah tutup. Terpaksa kami jalan lebih pelan sampai rest area Bekasi.

1. Salah jalan menyelamatkan kami dari kemacetan

IDN Times/Rochmanudian

Sepanjang Tol Jagorawi, Lingkar Luar 2 hingga Bekasi, arus mudik ramai lancar. Tentu kami terus berdoa, agar sepanjang perjalanan dilancarkan sampai tujuan. Alhamdulillah, terkabul.

 

Menjelang pintu Tol Cikarang Barat, tanda-tanda 'drama' kemacetan mulai terlihat. Tapi tiba-tiba istriku memintaku agar mengambil jalur kiri arah Cikarang Barat, untuk menuju Tol Cipali. Aku pun menuruti kemauannya, meskipun aku terus berdebat, jalur yang diambil salah.

Aku sendiri juga heran kenapa mendadak lupa jalur ke Cipali. Alhasil, nyasar. Kami keluar tol Cikarang Barat.

 

Nasi sudah jadi bubur. Dari pada ribut saat perjalanan mudik, mending aku 'nikmati' saat nyasar. Keluar gerbang Cikarang Barat, aku bingung ketika dihadapkan dua jalan, antara kanan atau kiri, karena tidak ada plang petunjuk jalan. 

Akhirnya, aku memilih jalur kanan, yang ternyata salah jalur, setelah kami lihat plang petunjuk jalan. Jalan yang kami lalui rupanya tujuan Cibarusa hingga tembus Cibubur. Akhirnya kami putar arah, setelah lima kilometer menemukan U-turn alias putaran balik. 

Kami menyusuri jalur itu hingga menyeberang rel kereta. Sayangnya jalur ini terlalu jauh, karena untuk menuju jalur Pantura harus memutar balik hingga lima kilometer. Hhmm... lumayan guys.

 

IDN Times/Rochmanudin

Dari Cikarang Barat, kami terus menyusuri jalur mudik ini dengan lancar. Umumnya hanya kendaraan roda dua dan truk seta beberapa bus yang melintas di jalur ini. Saking lengangnya, rata-rata aku memacu kendaraanku 60 hingga 80 km/jam. 

Pukul 03.30 WIB, kami beristirahat di rest area wilayah Karawang, sekaligus makan sahur dan salat subuh. Sempat akan membatalkan istirahat di rest area ini, lantaran tak ada celah untuk parkir mobil. Rest area ini dipenuhi atrean BBM sepeda motor. 

Tapi akhirnya ada lahan kosong pas untuk satu mobil, persis di depan penjual kopi. Gayung bersambut, si tukang kopi sudah menggelar tikar yang disediakan untuk pemudik. Tanpa basa basi kami langsung selonjoran di tikar dan langsung memesan satu kopi dan lima gelas susu. 

Bekal makan sahur pun disajikan. Mie goreng, oseng kacang panjang dan mendoan khas Banyumas, jadi menu sahur kami. Dinginnya angin malam itu, membuat si kecil terbangun di pangkuan istriku. Dia ikut menikati segelas susu. 

Usai salat subuh, atau sekitar pukul 05.00 WIB kami melanjutkan perjalanan mudik. Tapi rasa kantuk justru mulai menyerangku. Istriku menawarkan bergantian nyetir, tapi aku menolaknya. Aku masih cukup kuat. Lagian, istriku sedang hamil delapan bulan, tak tega rasanya kalau dia harus nyetir. Apa kata orang nanti, aku dianggap suami tertega se-Cimanggis.

Jalan bergelombang akibat tambalan lubang, sedikit mengobati rasa kantuk. Sebab aku harus melototi jalan, menghindari jalan bergelombang itu. Banyaknya sepeda motor berseliweran juga membuatku lebih ekstra hati-hati, karena menyenggol sedikit bisa fatal akibatnya.

2. 'Pasukan Sapu' di jalur Pantura

Editorial Team

Tonton lebih seru di