Lebih lanjut, Prabowo membandingkan sejumlah negara yang potensial jadi tujuan untuk mengimpor sapi.
Menurutnya, Indonesia lebih realistis mengimpor sapi dari India ketimbang dari Brasil. Selain harganya yang lebih murah, durasi pengiriman sapi India juga akan jauh lebih cepat.
"Kalau dari India mungkin hanya 20 hari dan harganya saya kira memadai, India lebih banyak kita bisa impor kita butuh untuk kasih susu ke anak-anak kita 82 juta anak kalau mereka minum 500 cc. Kita butuh berarti sekitar 40 juta liter berarti kita minimal perlu sapi perah ya minimal mungkin 2,5 juta," tutur dia.
"Jadi kita mungkin harus impor satu juta atau 1,5 juta sapi dalam 2 tahun. Dia akan melahirkan terus akan punya 3 juta kira-kira begitu, ya, kira-kira strategi kita begitu. Jadi ini tidak instan tapi ada goals-nya," lanjut Prabowo.
Pembiayaan program makan siang dan susu gratis itu ditaksir mencapai Rp440 triliun per tahun. Kebutuhan anggaran program itu terlihat besar, namun Prabowo yakin Indonesia mampu memenuhi dana yang dibutuhkan. Sebab, anggaran bantuan sosial (bansos) saja saat ini mendekati angka Rp 500 triliun per tahun dan anggaran pendidikan per tahun mencapai Rp 600 triliun.
Prabowo menegaskan, pembiayaan program itu juga bisa dibantu dari peningkatan penerimaan pajak. Dia menargetkan tax ratio Indonesia naik dari 12 persen menjadi 18 persen per tahun. Peningkatan sebesar enam persen itu setara dengan 90 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.394 triliun.
"Jadi yang saya tanya adalah kalau kita kasih makan ke anak-anak kita, ini boleh tergolong bantuan sosial atau tidak. Yang kedua, ini boleh tergolong pendidikan atau tidak kasih makan di sekolah," ucap Prabowo.
Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.