Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1000931869.jpg
Project Launching Solar PV Manufacturing, Deltamas, Bekasi Jawa Barat, Senin (23/6). (Dok. Pertamina)

Intinya sih...

  • Fasilitas manufaktur panel surya ditargetkan memiliki kapasitas produksi 1,4 GW per tahun dengan teknologi terbaru dari LONGi.

  • Lokasi proyek solar PV berada di Deltamas, Jawa Barat.

  • Kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam transisi energi di Indonesia.

Jakarta, IDN Times – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), bekerja sama dengan LONGi Green Technology Co., Ltd., secara resmi meluncurkan proyek strategis pembangunan fasilitas manufaktur panel Surya (Photovoltaic/PV) di Indonesia. 

Inisiatif ini mendukung komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan bertujuan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap modul solar PV di dalam negeri dan kawasan Asia Tenggara.

1. Memiliki kapasitas produksi 1,4 GW per tahun dengan teknologi terbaru dari LONGi

Project Launching Solar PV Manufacturing, Deltamas, Bekasi Jawa Barat, Senin (23/6). (Dok. Pertamina)

Fasilitas ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 GW per tahun, dan akan menggunakan teknologi terbaru dari LONGi sebagai pemimpin global dalam manufaktur solar PV, Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N yang dapat menghasilkan modul surya berdaya efisiensi tinggi. 

Lokasi proyek solar pv ini berada di Deltamas, Jawa Barat, merupakan wilayah strategis yang memudahkan distribusi dan rantai pasok dalam proses produksinya. Fasilitas ini nantinya diharapkan dapat menyerap tenaga lokal dan juga meningkatkan perekonomian nasional. 

Menurut Eniya Listiani, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, proyek strategis ini akan sangat mendukung proses transisi energi di Indonesia, yang memang menargetkan bauran energi hingga 34,3 persen hingga 2034. Enia berharap proyek ini dapat berjalan lancar sehingga dapat mendukung RUPTL dengan target tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW).

“Dari target  tersebut, 61 persen atau 42,6 GW berasal dari pembangkit EBT,” terang Enia. 

Dalam sambutannya pada acara Project Launching Solar PV Manufacturing, Di Deltamas Bekasi Jawa Barat, Senin (23/6), Edy Junaedi, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi/BKPM juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kontribusi dari LONGi dan Pertamina NRE yang tidak hanya meningkatkan kapabilitas manufaktur Indonesia, tetapi juga dalam mengintegrasikan Indonesia ke dalam rantai pasok global dalam industri energi baru terbarukan.

“Hal ini akan memperkuat dan meningkatkan kolaborasi kedua negara dalam mempercepat transisi energi,” ujar Edy.

2. Tonggak penting transisi energi di Indonesia

Project Launching Solar PV Manufacturing, Deltamas, Bekasi Jawa Barat, Senin (23/6). (Dok. Pertamina)

Menurut data Kementerian Perindustrian kemampuan produksi panel surya dalam negeri, saat ini baru sebesar 1.6 GWp per tahun, sehingga dengan proyek ini akan meningkatkan kemampuan produksi nasional hingga 3 GWp agar nantinya dapat mendukung penambahan PLTS sesuai target pemerintah sebesar 300-400 GWp di tahun 2060.

Sementara itu, John Anis, CEO Pertamina NRE menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam transisi energi di Indonesia.

“Dengan membangun kapasitas manufaktur lokal, kami ingin memperkuat rantai pasok solar PV dalam negeri, menurunkan biaya produksi, dan menciptakan lapangan kerja hijau yang berkeahlian tinggi,”  tambah John.

Menurut VP Longi Global, Dennis She kerja sama ini merupakan peluang bagi LONGi dalam mengembangkan bisnis dalam industri energi di Asia Tenggara.

“Dengan kerja sama ini kami harap bisa terus mendukung target transisi energi di Indonesia dengan saling berbagi pengetahuan dan teknologi dalam industri solar pv,” ujar Dennis.

3. Mendukung realisasi pengembangan proyek PLTS dalam RUPTL “terhijau”

Grha Pertamina. (Dok. Pertamina)

Pemerintah Indonesia telah memiliki peta jalan tentang potensi peningkatan permintaan solar PV hingga tahun 2035, sehingga proyek ini dinilai sangat potensial dan akan mendukung realisasi pengembangan proyek PLTS dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) “terhijau”, mendukung pengembangan industri supply chain seperti solar cell, serta mendukung pengembangan proyek hidrogen hijau (green hydrogen) ke depannya.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, langkah Pertamina NRE dalam mendorong pengembangan energi transisi merupakan upaya proaktif Pertamina dalam mendukung target swasembada energi dan net zero emission (NZE) pemerintah.

“Sejalan dengan program Pertamina sebagai pemimpin energi transisi, Pertamina berharap proyek pembangunan fasilitas manufaktur panel surya ini dapat memperkuat ekosistem energi transisi di Indonesia,” jelas Fadjar. 

Proyek strategis ini merupakan langkah Pertamina NRE untuk terus mendukung visi pemerintah untuk Net Zero Emission 2060 dengan bisnis hijau dan berkelanjutan serta terus menjaga Asta Cita Presiden Prabowo guna mencapai kedaulatan energi di Indonesia. (WEB)

Editorial Team