Jakarta, IDN Times - Pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation atau yang lebih dikenal Susi Air, Susi Pudjiastuti meminta publik untuk tak mengaitkan insiden pemindahan paksa lima unit pesawatnya ke urusan politik. Menurutnya, apa yang menimpa Susi Air pada 2 Februari 2022 lalu di hanggar Bandara Robert Atty Bessing, murni isu bisnis.
"Tolong jangan berpikir selain Susi Air dan penerbangan. Tidak ada unsur politik di sini. Saya juga (berpikir) begitu," ungkap Susi ketika memberikan keterangan pers pada Jumat, 4 Februari 2022 secara virtual.
Persepsi itu ramai menjadi perbincangan publik lantaran Susi kerap dianggap melontarkan kritik kepada pemerintahan yang berkuasa saat ini. Namun, sebagai pebisnis, Susi berusaha berpikir positif.
Ia mengaku hanya sedih ketika melihat putrinya, Nadine Kaiser yang kerepotan menangani permasalahan tersebut. Sebab, hanggar di Malinau merupakan maintenance base bagi semua pesawat Susi Air yang beroperasi di Pulau Kalimantan.
Susi Air pun bukan pemain baru di Kalimantan. Data tertulis yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan Susi Air telah melayani area perintis di Kaltara sejak 2012 lalu.
"Saya selaku pemilik tentu sedih ketika melihat Nadine, anak saya harus struggle. Saya (merasa) prihatin saja. Semoga semua menjadi bijak dan melihat kebutuhan masyarakat di atas segalanya," ujarnya.
Sebab, bila melihat kondisi dan medan di Kalimantan, belum semua wilayah bisa dijangkau dengan jalur darat. Susi mengisahkan untuk bisa mencapai area di Long Bawan (Nunukan) atau Long Ampung, meski sama-sama di Kaltara, tetapi bila menggunakan speed boat, butuh waktu hingga 8 jam.
Lalu, apa yang dilakukan Susi ketika terjadi insiden ini?