Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Ardiansyah Fajar

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom angkat bicara mengenai serangan bom yang menghantam tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi. Sebelumnya Indonesia baru saja berduka akibat kerusuhan di Mako Brimob beberapa hari lalu. 

1. Tindak kekerasan tak mampu menyelesaikan masalah

Default Image IDN

"Tindak kekerasan, dengan alasan apa pun tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Dia hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan dan pada akhirnya menuju kehancuran. Lihatlah Suriah sekarang ini yang luluh lantak oleh kekerasan demi kekerasan," ujar Gultom dalam keterangan tertulis, Minggu (13/5).

Gultom menegaskan, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Agama apa pun mengajarkan kemanusiaan, damai dan cinta kasih. Kesesatan berpikirlah yang membawa penganut agama melakukan kekerasan dan tindak terorisme.

2. Pemimpin agama perlu mewaspadai tindak terorisme

Default Image IDN

Menurut Gultom, para pemimpin agama perlu lebih serius mewaspadai munculnya para pendukung kekerasan dan tindak terorisme yang berbalutkan penginjil atau pendakwah. Program deradikalisasi BNPT akan sia-sia jika masyarakat justru memberi panggung kepada para pemimpin agama yang menyebarkan paham radikalisme dan kekerasan lewat dakwah-dakwahnya.

"Saya mengimbau kepada para pemimpin agama dan masyarakat untuk tidak memberi angin dan simpati kepada pelaku kekerasan dan terorisme, apa pun motifnya," kata Gultom.

3. Stop penyebaran foto kekerasan terorisme

Default Image IDN

Gultom juga mengimbau masyarakat menghentikan penyebaran foto dan video. Sebab, tujuan teroris adalah menebarkan rasa takut di tengah masyarakat.

"Saya justru mengimbau masyarakat untuk menebarkan kasih dan rasa damai melalui ragam media," ungkapnya.

Selain itu, Gultom juga mengimbau seluruh elit politik dan masyarakat untuk menghentikan komentar yang justru memperkeruh keadaan.

"Janganlah menggunakan peristiwa kekerasan dan tindak terorisme ini untuk menangguk kepentingan politik dan sesaat, karena harga yang sedang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa. Kita tak perlu takut menghadapi ancaman terorisme ini tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada penanganan oleh negara," tandas Gultom.

Sebagaimana diketahui, bom meledak di depan Gereja Katolik Santa Maria di Jalan Ngagel Madya Utara, Surabaya. Bom diperkirakan meledak Minggu (13/5) sekitar pukul 07.07 WIB. Bom juga meledak di dua gereja lainnya di Surabaya. Pihak kepolisian sedang terus melakukan identifikasi dan olah tempat kejadian perkara (TKP).

 

 

Editorial Team