Jakarta, IDN Times - Rencana putra dan menantu Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Gibran Rakabuming Raka-Bobby Nasution meramaikan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Solo serta Medan menuai kontroversi. Jokowi disebut-sebut ingin mempertahankan kekuasaannya dengan membangun dinasti politik atau politik dinasti.
Kesan itu kian menguat seiring berakhirnya masa kepemimpinan Jokowi lima tahun mendatang. Karier politik suami Iriana itu khatam. Dari wali kota, gubernur, hingga presiden sudah ia rasakan. Menarik untuk mempertanyakan, apakah Jokowi akan melepaskan pengaruhnya begitu saja? Atau mantan Gubernur DKI Jakarta itu tetap ingin mengawal kekuasaannya?
Memang sulit menjawab pertanyaan tersebut. Hanya hati nurani Jokowi yang tahu. Namun, satu hal yang pasti adalah lingkaran keluarga Jokowi memiliki cara pandang yang berbeda, dalam melihat peluang politik hari ini dengan beberapa waktu lalu.
Pada 2018 lalu, misalnya, Gibran pernah mengatakan, yang dirugikan dari dinasti politik adalah rakyat. Dia juga pesimis ayahnya bisa membangun dinasti politik lantaran tidak memiliki partai.
Setahun berselang, ayahanda Jan Ethes Srinarendra itu mengutarakan hasrat politiknya untuk mengambil alih trah wali kota Solo yang selama tujuh tahun pernah dipimpin ayahnya.
“Beberapa tahun terakhir, saya bertemu banyak orang. Saya beranggapan kalau begini-gini terus, orang yang bisa saya bantu cuma ya begini-gini saja. Kalau saya bisa masuk politik, yang saya bantu ya kalau di Solo 600 ribu orang melalui kebijakan saya,” kata putra sulung Jokowi itu.
Menjawab narasi yang beredar, koalisi penguasa ramai-ramai membela jagoannya. Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan, rencana Gibran dan Bobby maju Pilkada adalah bagian dari pembelajaran politik.
“Jadi jangan terus menjustifikasi dinasti politik,” tutur mantan Panglima TNI itu.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dikomandoi Grace Natalie dan mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 ini juga sebelumnya menolak dinasti politik ketika Partai Demokrat hendak mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk kursi RI 1. Seakan menjilat ludah sendiri, PSI kini justru mendukung Gibran maju berkontestasi pada Pilkada 2020.
Jokowi tidak terburu-buru 'menangkap' bola liar yang bergulir. Menurut dia, Pilkada adalah kompetisi bukan penunjukkan. Karena itu, pemimpin yang terpilih melalui mekanisme demokrasi merupakan kehendak rakyat.
“Siapa pun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat gak memilih gimana? Ini kompetisi bukan penunjukkan, tolong bedakan. Kompetisi bisa menang kalah. Itu sudah menjadi keputusan (Gibran), tanyakan langsung ke anaknya” kata Jokowi, yang seolah tidak ingin mencampuri urusan putranya.