Jakarta, IDN Times - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Ahmad Muzani menilai reaksi yang ditunjukkan mahasiswa terhadap kebijakan efisiensi anggaran era pemerintahan Prabowo Subianto, terlalu berlebihan.
Meski begitu, kata Muzani, reaksi tersebut ditunjukkan di negara demokrasi, boleh-boleh saja. Menurutnya, reaksi penolakan terhadap efisiensi anggaran tersebut muncul lantaran selama ini penggunaan anggaran terlalu longgar dan tak diawasi.
"Kemudian sekarang ada pengetatan anggaran, sehingga itu menimbulkan kekagetan-kekagetan. Kekagetan itu yang menimbulkan sikap kontra-produktif, bahkan menyebabkan salah paham atas kebijakan pemerintah dalam hal ini Prabowo," ujar Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2025).
Sekjen Partai Gerindra itu mendengarkan tuntutan mahasiswa. Tetapi, kebijakan efisiensi anggaran tetap akan berlangsung seperti rencana awal. Itu semua sudah tertulis di Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025.
"Rencana itu (efisiensi) adalah rencana yang dimaksudkan untuk jangka panjang bagi (rakyat) Indonesia, termasuk kita semua," katanya.
Padahal, salah satu tuntutan mahasiswa lewat aksi demo Indonesia Gelap, yaitu agar Prabowo mencabut Inpres Nomor 1 Tahun 2025. Efisiensi anggaran justru banyak dirasakan dampaknya bagi masyarakat menengah ke bawah.