instagram.com/arken_biantoro
Gie berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Sastra. Kemunculan Soe Hok Gie sebagai aktivis gerakan mahasiswa sebenarnya sudah dimulai ketika ia mengikuti ospek mahasiswa dan berkenalan dengan Zaske seorang aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS) dan berbagai aktivis gerakan mahasiswa lainnya.
Menurut Gie, kondisi negara saat itu sedang tidak baik-baik saja, kepemimpinan Sukarno kurang memilik sense of crisis rakyat kecil dan suka pada permainan politik. Kondisi tersebut diperparah dengan beberapa kasus yang menunjukkan kepemimpinan Sukarno cenderung diktaktor dan korup.
Hal Ini berkaitan dengan kebebasan berbicara, berpendapat, dan menuliskan pendapat pribadi melalui media massa, banyak dilakukan penyensoran dan orang-orang yang ditangkap lalu dipenjara tanpa pengadilan yang jelas, termasuk pembubaran partai, yaitu masyumi dan PSI.
Semua hal ini menjadi pertanyaan Gie, karena semua itu menjadikan tugas intelektual bukan sekadar studi saja, melainkan juga melakukan perubahan.
Pada catatan hariannya 14 Januari 1963, menandakan Soe Hok Gie sebagai aktivis gerakan mahasiswa yang memiliki kesadaran dan ingin mengubah keadaan. Isi dari catatan tersebut sebagai berikut.
“Akhir-akhir ini aku giat kembali ke GMS, Aku diserahi tugas untuk mengoordinasi rangkaian seri-seri ceramah yang mempunyai tujuan menanamkan sikap heroik di kalangan pemikir-pemikir muda...”
Sebelumnya, Gie sebenarnya sudah menjadi aktivis bagi etnisnya, China peranakan yang menuntut agar pemerintah menerima program asimilasi. Dari sini lah ia bertemu dengan salah satu pentolan aktivis PMKRI yaitu Harry Tjan Silalahi.