Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menkes Budi Gunadi dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi dalam Gerakan Anak Sehat/dok Pemprov DKI

Jakata, IDN Times - Penjabat (Pj.) Gubernur Provinsi DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan pihaknya telah melakukan banyak aksi bersama Kementerian Kesehatan untuk mempercepat penanganan stunting.

”Jumlah balita stunting di Jakarta ada sekitar 20 ribu anak, dan yang sudah berhasil diintervensi sejumlah 9 ribuan. Dan jumlah ini akan terus bertambah,” terang Heru di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Utama, Cengkareng Barat, Jakarta Barat dilansir laman resminya, Selasa (31/10/2023).

1. Pemprov DKI berikan makanan tambahan

Penjabat (PJ) DKI Jakarta Heru Budi Hartono (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Heru mencontohkan berbagai upaya yang telah dilakukan baik berupa pemberian makanan tambahan untuk balita, maupun edukasi terhadap orang tua agar memperhatikan gizi bagi ibu hamil dan balita.

“Di Posyandu kami berikan makanan tambahan, di Dinas Sosial juga di setiap RPTRA diberikan kegiatan makanan tambahan. Pemprov DKI Jakarta berusaha membuat anak itu tidak masuk kategori stunting. Terima kasih karena Gerakan Anak Sehat ini menambah power supaya masyarakat sadar akan (bahaya) stunting,” jelasnya.

2. Menkes apresiasi Heru cari anak stunting

Ilustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Keseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam menangani kasus stunting mendapat apresiasi dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Budi menilai, naiknya data stunting di Jakarta bukan karena penanganannya yang kurang maksimal, justru karena Pemprov DKI secara aktif mengintervensi balita agar terbebas dari stunting.

"Pak Gubernur DKI yang paling rajin cari anak-anak stunting. Jadi Jakarta naik terus (data stunting), bukan jelek. Karena banyak dari daerah lain pindah ke Jakarta dirawat sama Gubernurnya," ungkap Budi.

3. Gagal dapatkan bonus demografi jika banyak stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers dalam Pekan Imunisasi Dunia 2022 di Gedung Kementerian Kesehatan. (IDN Times/Dini Suciatiiningrum)

Budi mengatakan pencegahan stunting menjadi salah satu faktor utama agar Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030. Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif (15 sampai 64 tahun) akan lebih banyak dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Jika di Indonesia masih banyak stunting, kemungkinan akan gagal mendapatkan bonus demografi karena banyak usia produktif nantinya yang sakit atau mengalami penurunan kecerdasan.

“Kita harus fokus ke sumber daya manusia (SDM). SDM nya mesti produktif. Itu sebabnya dalam tujuh tahun ke depan kita harus pastikan anak-anak kita sehat dan pintar,” ujar Budi.

Editorial Team