Jakarta, IDN Times - Relawan COVID-19, dokter Tirta Mandira Hudhi mendesak selebgram Rachel Vennya untuk mengungkap siapa saja oknum yang telah membantunya masuk ke Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Pademangan, Jakarta Utara untuk menjalani karantina dan kabur dari sana.
Menurut Tirta, mengurai oknum-oknum ini dan diproses hukum sama pentingnya agar peristiwa serupa tidak kembali terulang. Apalagi menurut pengakuan publik figur lainnya, Nikita Mirzani, ada orang-orang yang menawarkannya untuk kabur dari kewajiban karantina ketika ia kembali dari Turki beberapa bulan lalu.
"Yang jadi permasalahan, kok bisa dia (Rachel) dikarantina di Wisma Atlet. Sementara, tokoh-tokoh lainnya seperti Wishnutama (mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), gak boleh (menjalani karantina) di Wisma Atlet," ungkap Tirta ketika berbicara di program siniar Deddy Corbuzier yang tayang di YouTube, Rabu (20/10/2021).
Apalagi, fasilitas di Wisma Atlet dibiayai oleh negara dan didedikasikan khusus bagi pelajar, pekerja migran, dan ASN yang kembali berdinas dari luar negeri. Sementara, sesuai aturan, Rachel seharusnya menjalani karantina di hotel selama 8X24 jam.
Oleh sebab itu, Tirta mendesak dilakukan penyelidikan secara menyeluruh. Penyelidikan bisa dimulai dari mencari tahu siapa oknum yang membantu Rachel dan koleganya di bandara.
"Kan gak mungkin dia (bisa lolos karantina) hanya karena dibantu oleh satu orang," katanya.
Kekeliruan kedua yakni saat berada di Wisma Atlet, Rachel harus menjalani isolasi mandiri di kamar yang terpisah. Informasi yang terungkap di media sosial, Rachel ditempatkan di satu kamar yang sama dengan kekasihnya, Salim Nauderer. Di media sosial, beredar foto Rachel dan Salim berada di kamar yang sama saat di RSDC Wisma Atlet. Foto itu sempat diunggah ke akun media sosial Rachel lalu tak lama kemudian dihapus.
"Saat menjalani isoman, bila tak memiliki hubungan darah atau keluarga, maka tak bisa berada di satu kamar," tutur dia lagi.
Kekeliruan ketiga, kata Tirta, usai berada di sana selama tiga hari, Rachel dibolehkan pulang dengan alasan kesalahan prosedur. Padahal, sejak awal prosedurnya sudah keliru.
Kekeliruan keempat, saat belum selesai menjalani karantina 8 hari, Rachel malah berangkat ke Bali untuk merayakan hari ulang tahunnya. "Sedangkan, kalau kita ke Bali, kita menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Otomatis rekam jejaknya akan ketahuan bila pernah jalani karantina," ujarnya.
Bila mengikuti prosedur, Rachel seharusnya sudah tak bisa berangkat ke Bali. Sebab, bila menggunakan aplikasi PeduliLindungi yang akan tampil warna merah.
"Berarti, ini diduga ada empat oknum dong, bos," katanya menganalisa.
Apa pentingnya untuk disiplin menjalani karantina mandiri usai kembali dari luar negeri?