Usup Sahroni Ketua Sahabat Reptil Bekasi saat mengevakuasi ular sapi di Damkar Kota Bekasi, Selasa (17/12) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Menurut Gaja, munculnya ular kobra akhir-akhir ini merupakan fenomena biasa. Namun orang awam gempar, karena menganggap ular sebagai ancaman.
"Kalau habitat, semuanya adalah habitat karena kalau di atas pohon namanya arboreal, kalau di atas tanah atau gorong-gorong disebut terestrial atau dia yang hidup di air dan juga di darat disebut semi aquatik, kemudian yang terakhir adalah ular aquatik atau ular yang hidup di air," papar Gaja.
Dia menambahkan, ular tinggal di permukiman karena mencari tempat berlindung dari panas atau dari musuhnya, juga untuk mencari makan.
"Yang jadi masalah adalah, kenapa dia bisa ditemukan dalam waktu yang cukup lama di wilayah permukiman? Itu karena permukiman warga itu memilki tempat-tempat yang cocok (untuk hidup)," bebernya.
Gaja menjelaskan, selama kebutuhan hidupnya terpenuhi, ular akan bertahan tinggal lama di suatu tempat.
"Kalau di rumah itu kaya tumpukan barang, kayu. Di gudang dan segala macam. Di dalam rumah pun mereka sangat mungkin, karena kita menemukan ular di perumahan itu bukan hanya di bawah atau di pohon, tapi di mana-mana," jelas dia.
Gaja memberikan solusi jika tidak ingin ada ular tinggal di rumah yaitu dengan memutus rantai makanannya.
"Pemusnahan tikus dan katak. Atau membersihkan tempat tinggal kita agar ular tidak nyaman dan si mangsanya tidak bersembunyi di tempat tersebut. Karena kalau bersih, ketika mereka datang itu mudah dideteksi," tutup Gaja.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb