Ilustrasi Tambang (IDN Times/Aditya Pratama)
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, memberikan analisis tajam terkait konflik ini. Sebagai tokoh yang memiliki akar kuat di NU, Mahfud melihat situasi ini sangat memprihatinkan.
"Iya, saya mengikuti itu dengan seksama karena saya punya keterikatan batin dengan NU meskipun saya sekarang ini adalah NU kultural ya, bukan lagi (struktural), saya pernah struktural dulu, tetapi sekarang saya kultural orang luar gitu," kata Mahfud di kanal YouTube pribadinya.
Mahfud enggan masuk terlalu dalam ke ranah internal, namun ia menyoroti alasan-alasan yang tertuang dalam dokumen pemberhentian tersebut.
"Menurut saya, saya tidak perlu mencampuri masalahnya karena alasan-alasan tuh sudah ditulis cukup jelas dan itu menjadi alasan misalnya karena mendukung apa? Mengundang orang Israel, pendukung-pendukung Israel yang menyetujui serangan ke Gaza itu berceramah di NU dan sebagainya dan sebagainya. Kemudian ada masalah keuangan dan sebagainya," ucap dia.
Namun, ia menyayangkan konflik terbuka ini terjadi. Menurut Mahfud, ketegangan timbul karena Gus Yahya merasa memiliki legitimasi dari Muktamar, sementara keputusan pemecatan baru sebatas di tingkat pengurus harian Syuriyah.
"Saya tidak ikut mencampuri itu. Tapi persoalannya sekarang ini tidak bagus bagi NU. Karena begini, Mas Yahya Staquf itu menolak pemberhentian itu, karena katanya dia dipilih oleh muktamar. Nah, sementara secara administratif juga keputusan surat itu baru keputusan harian. pengurus harian ya dan baru ditandatangani oleh Kiai Miftah ya," jelas Mahfud.
Meski Rais Aam memiliki posisi tinggi, Mahfud mengingatkan bahwa wewenangnya kini dibatasi oleh aturan organisasi, berbeda dengan era pendiri NU.
"Meskipun di dalam tradisi NU di awal tradisi awal NU, Rais 'Aam itu seperti Rais Akbar, zaman kiai Hasyim Asy'ari, Punya hak veto, tetapi sekarang, Rais 'Aam itu ya dibatasi oleh ADRT juga dalam membuat tanda tangan, membuat apa gitu. Nah, sementara kalau misalnya Pak Yahya itu mau dengan rela menerima itu masalahnya selesai. Tapi kalau melakukan perlawanan itu kan akan ada masalah hukum," urainya.
Secara blak-blakan, Mahfud MD mengungkapkan, pemicu utama keributan ini adalah perebutan pengelolaan tambang. Ia merasa malu melihat organisasi keagamaan ribut soal materi.
"Nah, oleh sebab itu saya tidak akan mendukung siapapun dari kedua pihak saya. hanya ingin NU ini selamat, malu kita. Apalagi isunya kan soal tambang ya," ucap Mahfud.
"Saya sudah bicara ke dalam itu asal mulanya soal soal pengelolaan tambang. Oke. Itu konflik di dalam soal pengelolaan tambang. Yang satu ingin ini, yang satu ingin itu, gitu. Dan berpecah. Coba Katib Aam. Katib Aam itu Sekjen. Katib Aam Syuriah yang membantu Kiai Miftah itu tidak mau tanda tangan suratnya Gus Miftah, Kiai Said ini. Nah, ini Gus Yahya yang mau membuat surat juga gak mungkin ikut ditandatangani oleh Gus Ipul karena Gus Ipul ikut Kiai Miftah, kan akan macet," sambungnya.